SOLOPOS.COM - Para WNA dibawa ke kantor Imigrasi Surakarta menggunakan satu unit mobil milik Kodim 0728/Wonogiri dari Desa Purworejo, Wonogiri, Senin (20/11/2017). (Ahmad Wakid/JIBI/Solopos

Kantor Imigrasi Surakarta menangkap sembilan warga negara Tiongkok di Wonogiri.

Solopos.com, WONOGIRI — Sembilan warga negara Tiongkok diciduk tim gabungan dari petugas imigrasi, TNI, Polri, dan Kejari Wonogiri, Senin (20/11/2017). Mereka tinggal di Dusun Mundu RT 002/RW 004 Desa Purworejo, Kecamatan Wonogiri, sejak Selasa (7/11/2017) lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun, menurut Kepala Seksi Pengawasan Penindakan Keimigrasian (Wasdakim) Kantor Imigrasi Surakarta, Sigit Wahyudianto, sembilan warga negara asing (WNA) tersebut belum melapor ke pemerintah setempat sejak tinggal di Wonogiri, dua pekan lalu.

Ekspedisi Mudik 2024

Dia menegaskan tidak ada dokumen yang kedaluwarsa karena masa tinggal WNA di Indonesia hingga dua bulan. “Seharusnya mereka melapor dulu, malah kami dapat informasi dari masyarakat. Mereka belum melapor dinas terkait, yang jelas mereka kami bawa dulu dan akan kami periksa,” ujarnya kepada Solopos.com, Senin.

Sigit menjelaskan mereka sengaja didatangkan sponsor untuk menyurvei proyek pembangunan perumahan bersubsidi oleh PT Turonggo Karya Internasional di Desa Bulusulur, Wonogiri. Oleh petugas gabungan, sembilan WNA itu dibawa ke kantor Imigrasi Surakarta menggunakan satu unit mobil milik Kodim 0728/Wonogiri.

Sementara itu, Direktur PT Turonggo Karya Internasional, Faturohman Nugroho, mengatakan sembilan WNA itu didatangkan dari Tiongkok hanya sebagai tim survei untuk menentukan material jenis apa yang diperlukan untuk menghemat biaya pembangunan perumahan bersubsidi. Dia mengakui terjadi kesalahan prosedural berupa keterlambatan pelaporan kepada pemerintah setempat.

“Mereka belum bekerja dan kami tidak menggaji mereka. Warga Tiongkok itu sebatas survei proses pengerjaan awal proyek perumahan yang akan kami bangun di Wonogiri ini sebanyak 140 unit tipe 36/72 meter persegi di Desa Bululusur, Wonogiri,” ujarnya.

Dia memiliki saham 50% di perusahaan tersebut. Sedangkan 50% saham lainnya dimiliki pengusaha asal Tiongkok. Menurutnya, kedatangan sembilan WNA itu atas pembiayaan sponsor dari Tiongkok.

Mereka merupakan tenaga ahli yang sengaja dikirim para supplier dan engineer. Menurut dia, biaya pembangunan rumah murah itu jika dihitung memakan biaya besar, sedangkan margin keuntungannya sangat kecil.

Survei tersebut diharapkan bisa menjadi acuan untuk menekan biaya dengan cara pemanfaatan limbah bangunan sebagai salah satu material bangunan. “Bahan apakah yang cocok untuk perumahan tersebut, misalnya batu bata terbuat dari bahan kayu. Setelah survei selesai mereka akan kembali lagi ke Tiongkok,” ucapnya.

Menurutnya, proyek perumahan itu juga untuk membantu salah satu program pemerintah pusat yakni program satu juta rumah murah. Dia ingin program awal itu tetap berjalan di Wonogiri.

Menurutnya, Wonogiri merupakan daerah pertama pembangunan perumahan yang ditargetkan mencapai 50.000 unit di Jawa Tengah. “Pada intinya kami ada keterlambatan prosedural dan kami mengakui salah. Langkah selanjutnya kami serahkan kepada pemerintah soal sembilan warga Tiongkok itu. Kalau toh tidak diperbolehkan tinggal di sini tidak masalah, yang penting proyek ini terus berjalan,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya