SOLOPOS.COM - Agus Santoso. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO -- Mantan Lurah Semanggi, Pasar Kliwon, yang kini menjabat Kepala Dinas Kebudayaan Kota Solo, Agus Santoso, menjadi saksi dinamika warga kawasan lahan eks HP 16 Solo.

Dulu sebelum pemekaran wilayah Semanggi menjadi dua kelurahan, yakni Semanggi dan Mojo, lahan eks HP 16 masuk wilayah Semanggi. Setelah pemekaran wilayah pada 2018 lalu, lahan eks HP 16 menjadi bagian Kelurahan Mojo dan berubah jadi HP 001.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepada Solopos.com yang mewawancarainya, Jumat (29/1/2021), Agus menceritakan total 8,5 tahun ia memimpin Semanggi dan menyaksikan dinamika yang terjadi. Terutama sebelum muncul rencana penataan kawasan lahan eks HP 16.

Baca Juga: Setelah 20 Hari, Jasad 2 Korban Sriwijaya Air Asal Sragen Akhirnya Teridentifikasi

Saat itu, berbagai aksi demo warga yang menolak digusur dari lahan eks HP 16 itu menjadi makanan sehari-hari bagi mantan Lurah Semanggi, Solo, itu. "Kalau saya didemo di sana [HP 16] ibarat orang makan. Tidak perlu takut dan cemas, memang itu dinamika masyarakat. Saya pun ikut memahami, siapa saja yang sudah menempati wilayah berpuluh-puluh tahun di zona aman,” paparnya.

Kini masyarakat di lahan HP 001 atau dulunya HP 16 sudah bisa bernapas lega. Agus Santoso ikut senang. Menurut Agus, penataan HP 16 menjadi komitmen Pemerintah Kota (Pemkot) Solo untuk memenuhi aspirasi warga.

Penataan itu patut disyukuri dengan melihat berbagai sektor termasuk nilai ekonomi tanah itu. Mantan Camat Pasar Kliwon itu ikut bersyukur warga HP 16 akhirnya bisa memperoleh hunian yang layak dengan status kepemilikan lahan yang jelas legalitasnya.

Baca Juga: 1 Nakes Sukoharjo Positif Covid-19, Padahal Sudah Divaksin

Pendewasaan Diri

"Yang terpenting saat itu [menghadapi demo warga] adalah komunikasi secara baik. Apalagi pada saat saya menjabat [Lurah Semanggi] detail-detail penataan lahan eks HP 16 belum sejelas saat ini," ujar Agus.

Agus memilih menjadikan pengalamannya selama 8,5 tahun sebagai Lurah Semanggi yang mengampu lahan eks HP 16 Solo sebagai proses pendewasaan diri. Ia menyebut pejabat seolah dididik dewasa di kawah Candradimuka saat berhadapan langsung dengan masyarakat seperti wilayah Semanggi yang dinamis.

“Hati saya terenyuh saat itu melihat ada warga yang tidak punya saudara. Apalagi sudah tinggal berpuluh-puluh tahun. Ingin saya ya saat itu langsung diselesaikan, tetapi kan perlu proses. Saya sangat lega melihat warga memiliki buku hijau [serifikat tanah hak milik],” imbuh Agus.

Baca Juga: Terima SK Plt Dari Bupati Sragen, Pimpinan SKPD Ini Pakai Celana Pendek

Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Penataan HP 016, Sarjoko, menceritakan semula HP 016 merupakan lahan mangkrak. Seiring perkembangan kota, warga asli sekitar lahan itu satu demi satu menempati lahan itu.

Penataan yang dilakukan Wali Kota Solo, FX Rudyatmo, membuat seolah-olah warga memperoleh emas sak gentong. Kini Sarjoko dan ratusan warga HP 16 tengah berjuang melawan stigma kampung kumuh dan rawan tindak kriminalitas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya