SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BANTUL—Kekekringan di Desa Jatimulyo Dlingo, kian meluas. Sedikitnya 8.000 hektare tanaman palawija mati lantaran tak ada air. Peternak pun terpaksa membeli pakan rumput hingga ke wilayah Sleman.

Paimo, Kepala Desa Jatimulyo, Dlingo, kepada wartawan, Senin (25/7) mengungkapkan, matinya tanaman palawija tersebut mulai terjadi sejak dua bulan terakhir. Sebelumnya pada awal kemarau Juni lalu, hanya tanaman padi milik petani yang mati atau batal disemai karena air mengering. Petani lalu menggantinya dengan palawija seperti jagung, singkong  dan kacang. Namun ternyata, tanaman palawija itupun tak kuat bertahan.

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

“Totalnya se-Jatimulyo sampai 8.000 hektare. Kalau pohon-pohon masih hijau daunnya, tapi kalau palawija mati semua,” ungkapnya.

Kekeringan terjadi di lahan tadah hujan maupun irigasi dan merata di seluruh dusun di Jatimulyo. Kalau pun ada wilayah yang masih mendapat air. kata Paimo, paling lahannya hanya seluas 10 hektare. Wilayah tersebut merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS). Di luar itu, sungai-sungai kecil sudah mengering, sementara air yang ditampung petani juga sudah habis.

“Kalau apakai irigasi airnya juga enggak bisa dialirkan, karena kondisi lahannya kan naik turun,” tuturnya. Beruntung, menurut Paimo, warga desanya kebanyakan juga bekerja di mebel. Sehingga walaupun paceklik ekonomi di bidang pertanian, sebagian masyarakat masih dapat bertahan.(Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Foto Ilustrasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya