SOLOPOS.COM - Ilustrasi (wordpress.com)

Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/wordpress.com)

JOGJA—Pembiayaan usaha mikro di Tanah Air masih belum merata dan mengalami kelangkaan. Sebanyak 80% usaha mikro di Indonesia masih dilayani pelepas uang atau rentenir.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal ini disampaikan oleh General Secretary Gerakan Bersama Pengembangan Keuangan Mikro (GEMA PKM) Indonesia Bambang Ismawan ditemui belum lama ini di acara Temu Nasional ke IV Keuangan Mikro di Hotel UNY.

Bambang membeberkan bahwa selama ini sebanyak 80% usaha mikro tidak dapat dijangkau oleh lembaga keuangan seperti bank, koperasi dan lembaga keuangan legal lainnya. Kondisi yang selama ini terjadi yakni terdapat kelangkaan pendanaan atau capital untuk membiayai usaha mikro.

“Dari 51 juta usaha mikro yang ada di Indonesia yang bisa dijangkau lembaga keuangan seperti bank dan koperasi itu hanya 20%, sisanya 80% dilayani oleh pelepas uang seperti rentenir. Bunga kredit yang ditawarkan oleh pelepas uang ini bisa mencapai 20% hingga 50% seperti yang terjadi di Muara Karang dalam satu bulan,” tandasnya.

Hal ini menurut Bambang ditegaskan dalam penelitian dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), Madsyukur. Dalam tesisnya keuntungan dari usaha mikro juga masuk dalam pendapatan negara.

“Keuntungan dari usaha mikro terhadap setiap rupiah yang diterima sebagai kredit rata-rata bisa mencapai 87,3%. Usaha-usaha mikro yang bergerak di bidang produksi dan jasa, keuntungannya lebih tinggi,” jelasnya.

Tingginya sumbangan pendapatan yang disalurkan dari keuntungan usaha mikro kepada pemerintah seharusnya dapat diterima sepadan oleh para pengusaha ini. Bambang mengatakan sungguh tidak manusiawi bila usaha mikro dibebani biaya yang begitu besar.

“Sungguh tidak manusiawi bila di negara ini mereka [usaha mikro] dibebani dengan biaya yang begitu besar, dalam bentuk biaya modal sampai 20% hingga 50%,” katanya.

Fakta yang ada selama ini kredit yang diberikan oleh pelepas uang tidak menggunakan sistem yang berbelit. Diakui Bambang, rentenir memberi kemudahan kredit modal, pengusaha tidak perlu melewati sistem dan aturan yang rumit.

“Mereka [pengusaha mikro] lebih suka pada rentenir karena masalah kemudahan, administrasi dan budaya juga. Rentenir memperlakukan kliennya itu seperti memperlakukan keluarganya sendiri, mereka melayaninya dengan sangat cepat. Dan ini lembaga-lembaga umumnya tidak bisa seperti ini,” tukas Bambang.

Bambang menambahkan seharusnya para pengusaha mikro ini dapat didukung dengan kredit yang terjamin dan diberlakukan oleh lembaga keuangan perbankan formal. Puluhan juta usaha mikro yang ada di Indonesia dapat menjadi kelemahan dan kekuatan untuk negara ini.

“Dari hampir 51 juta ini 8% nya hanya usaha menengah dan besar, sedangkan 92% ini adalah kekuatan dan kelemahan Indonesia. Terbukti usaha kecil akan menjadi penguat saat negara dalam keadaan krisis, tapi kelemahannya kalau tidak diberdayakan dengan tepat, itu mereka dapat gampang jatuh ke arah yang salah,” pungkasnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya