SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Espos)–Kepala Dinas Perhubungan Kota Solo, Yosca Herman Soedrajat mengungkapkan, dari 35 selter untuk transportasi Batik Solo Trans (BST) di Kota Bengawan dan sekitarnya masih jauh dari ideal. Penyebabnya, dalam setiap selter yang dibangun nyaris selalu memakan fasilitas umum, baik jalur lambat, trotoar, ataupun jalur hijau.

“Sebanyak 80 persen selter kita itu tak ideal. Karena, berdirinya selter BST kalau tak di jalur lambat, ya di trotoar atau di jalur hijau,” paparnya kepada Espos, Sabtu (12/6).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Menurut Herman, sebuah selter dikatakan ideal jika memiliki jalur khusus untuk pembelokkan bus. Jalur pembelokan itu, selain berfungsi untuk menghindari kemacetan lalu lintas, juga untuk memberikan rasa aman bagi pengguna selter. “Sehingga, setiap bus yang berhenti di selter tak membikin keruwetan. Apalagi, BST( Batik Solo Trans) yang akan beroperasi nantinya akan tiba di selter setiap 7-10 menit,” paparnya.

Kondisi tersebut, menurut Herman adalah pilihan yang tak bisa dielakkan. Selain karena kondisi sarana transportasi yang masih semrawut, juga karena keterbatsan lahan yang dimiliki Kota Solo. “Jika mengaca selter transportasi di luar negeri, selter kita jauh dari ideal. Tapi, kita akan perlahan mereformasi sistem transportasi di Solo,” paparnya.

Dia mencontohkan, selter yang berdiri di jalur hijau secara otomatis akan menggangu kawasan hijau kota. Jika di trotoar, maka akan mengganggu pejalan kaki. Begitu pun jika di jalur lambat, maka akan merugikan pengguna jalur lambat. “Sebenarnya bisa saja di letakkan di lokasi yang sepi dan di lahan yang luas. Tapi, kan malah tak dijamah orang dan justru dipertanyakan fungsinya selter yang tak mengakses penggunanya,” paparnya.

Sebagai gambaran, kata Yosca, untuk mendirikan satu selter memerlukan lahan sepanjang delapan meter karena harus membikin jalur bagi pengguna kursi roda. Kondisi demikian, mau tak mau akan memakan banyak lahan yang menjadi akses umum. “Sudah didirikan di jalur hijau, tapi karena harus ada akses bagi kursi roda maka harus menambah lahan agar tak curam kemiringan jalur kursi roda,” paparnya.

Kepala Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) Solo Yob S Nugroho sebelumnya mengungatkan bahwa pembangunan selter sebenarnya fleksibel dan bisa menyesuaikan permasalahan di tiap-tiap selter. “Misalnya ada pohon, apakah harus menebang pohon atau seperti apa. Yang jelas tidak perlu kaku,” papar Yob.

asa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya