SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN — Kesenangan berselfie atau berswafoto sudah menjadi fenomena global. Tidak hanya kalangan remaja, emak-emak pun gandrung dengan kebiasaan selfie. Budaya selfie itu ditangkap sebagai peluang oleh Karang Taruna Tunas Muda di Dusun Boyolayar RT 26 dan 27, Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Sragen.

Ditutupnya Waduk Kedung Ombo (WKO) untuk kalangan wisatawan pada 2017 lalu membuat warga tak bisa berswafoto dengan latar belakang waduk yang mulai dibangun pada 1985 ini.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Akibatnya, warga mulai mencari lokasi lain untuk bisa berswafoto dengan latar belakang WKO. Salah satu lokasi itu berada sebuah kawasan tak jauh dari Dusun Boyolayar, Desa Ngargosari, Sumberlawang.

Objek wisata yang menawarkan delapan spot selfie ini berjarak sekitar 8 km dari Sumberlawang yang berada di jalan Solo-Purwodadi. Dari Sumberlawang menuju Boyolayar bisa ditempuh dalam 15 menit menggunakan sepeda motor dengan kecepatan sedang.

Jalan Sumberlawang-Boyolayar berlapis aspal dalam kondisi baik. Namun, jalur menuju objek wisata ini sejauh sekitar 500 meter masih berupa lapisan beton yang belum penuh. Jalan tersebut belum menunjang lalu lintas dari dua arah sekaligus.

Sesampainya di lokasi, pengunjung cukup membayar Rp5.000 untuk parkir sepeda motor plus tiket masuk. Bagi yang membawa kendaraan roda empat dikenakan biaya Rp10.000 untuk parkir dan tiket masuk.

Lantaran baru dibuka pada Mei 2018 lalu, objek wisata ini belum tertata dengan rapi. Karang Taruna Tunas Muda hingga kini masih terus melakukan penyempurnaan fasilitas di sana sini.

Delapan spot selfie yang bisa dinikmati pengunjung adalah awan buatan, perahu cinta, dua rumah pohon, bingkai cinta vertikal, bingkai cinta horizontal, sapu terbang, dan sarang burung. Di sekeliling spot selfie tersebut terdapat enam gazebo yang bisa dipakai pengunjung untuk bersantai sembari menikmati kuliner khas di WKO yakni ikan bakar, pepes telur ikan, serta ikan goreng crispy.

“Kami membangun objek wisata ini secara bertahap. Total kami sudah menghabiskan biaya sekitar Rp25 juta. Dana tersebut bersumber dari kas karang taruna, sumbangan sukarela dari pengunjung dan hasil dari pengelolaan parkir dan tiket masuk. Pengerjaannya tak perlu biaya karena ditangani sendiri oleh karang taruna,” jelas Bendahara Karang Taruna Tunas Muda, Nur Yanto, saat ditemui di lokasi.

Karang Taruna Tunas Muda juga mengembangkan objek wisata religi yakni ziarah ke makam Nyi Ageng Serang yang bisa ditempuh dengan mengendarai perahu. Ke depan, objek wisata ini akan dilengkapi wahana flying fox dan arena bermain sepeda motor roda empat atau all terrain vehicle (ATV).

Untuk mempromosikan objek wisata ini, Karang Taruna Tunas Muda memanfaatkan media sosial. Pada hari-hari biasa, jumlah pengunjung objek wisata ini bisa mencapai puluhan. Biasanya mereka datang pada sore hari supaya bisa sekaligus menikmati keindahan alam berupa sunset.

“Jumlah pengunjung bisa mencapai ratusan kalau hari Minggu atau hari libur. Pada libur Natal dan Tahun Baru lalu, banyak wisatawan yang datang kemari. Ini menjadi berkah bagi kami selaku pedagang,” papar Misno, 45, pedagang es buah di lokasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya