SOLOPOS.COM - Dua atlet paralayang terbang di atas bukit kebun teh Kemuning, Ngargoyoso, Karanganyar, Sabtu (18/5/2013) saat Kemuning Super Camp 2013. (Tri Indriawati/JIBI/SOLOPOS)


Dua atlet paralayang terbang di atas bukit kebun teh Kemuning, Ngargoyoso, Karanganyar dalam Kemuning Super Camp 2013, Sabtu (18/5/2013). (Tri Indriawati/JIBI/SOLOPOS)

KARANGANYAR–Sebanyak 79 atlet paralayang dari seluruh Indonesia bersaing memperebutkan gelar juara dalam Kemuning Super Camp 2013 yang digelar di perkebunan teh Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar pada Jumat hingga Minggu (17-19/5/2013).

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Kejuaran terbuka itu diikuti 40 atlet pemula dan 39 atlet tingkat lanjut yang berasa dari 10 provinsi di Indonesia. Berbeda dengan kejuaran nasional (kejurnas) pada umumnya, dalam kompetisi ini seluruh peserta, baik pemula maupun tingkat lanjut bersaing dalam satu klasemen.

“Ini kan kejuaran open, jadi atlet pemula ataupun senior, baik pria maupun wanita bisa saling bersaing. Kalau Kejurnas kan yang bisa ikut hanya atlet tingkat lanjut,” urai Sekretaris Panitia Kemuning Super Camp 2013, Andrian Prihartanto, saat dijumpai Solopos.com di Kemuning, Sabtu (18/5/2013).

Kejuaran yang digelar Organisasi Paralayang Jawa Tengah (Jateng) itu sekaligus menjadi wadah unjuk kebolehan para atlet pemula. Selama ini, imbuh Andrian, belum banyak kejuaran paralayang yang bisa diikuti para atlet pemula. Dalam pertandingan itu, setiap peserta diwajibkan terbang menggunakan parasut sebanyak tiga kali. Peserta yang mampu mengumpulkan nilai tertinggi dalam tiga kali terbang akan keluar sebagai juara Kemuning Super Camp 2013.

“Yang nilainya tinggi itu justru yang poinnya kecil, artinya yang bisa terjun tepat di atas landasan yang ditentukan, yang poinnya nol koma itu yang bagus,” terang dia.

Panitia terpaksa menggeser titik awal penerjunan pada kompetisi hari kedua lantaran kondisi medan yang sulit diakses. Sebelumnya, terdapat satu atlet yang cedera tertusuk tanaman teh karena pendaratan yang tidak sempurna.  “Kemarin [Jumat] sebenarnya starting di atas bukit yang lebih tinggi itu, tapi terlalu berbahaya jadi hari ini [Sabtu] dipindah,” imbuh dia

Andrian berharap kejuaran itu bisa digelar secara rutin setiap tahunnya di Jateng. Selama ini, lanjut dia, para atlet paralayang dari wilayah Karanganyar dan sekitarnya telah rutin berlatih di Kemuning sepekan sekali. Sebagai tuan rumah, Karanganyar menurunkan enam atlet paralayang baik pemula maupun tingkat lanjut.

Salah seorang atlet paralayang pemula asal Sleman DIY, Damar Azis, 16, mengaku antusias mengikuti kejuaran itu. Namun, pelajar kelas satu SMA Muhamadiyah Jogja itu pesimistis bisa meraih gelar juara. “Tadi saya mendaratnya terlalu jauh dari titik lintasan, jadi enggak mungkin menang, saingannya juga senior-senior semua,” ucapnya sembari tertawa.

Damar mengatakan telah dua kali mengikuti kejuaran terbuka, tapi belum sekalipun mampu menggondol gelar juara. Peserta termuda yang telah berlatih paralayang sejak tiga tahun terakhir itu percaya suatu saat nanti mampu menjuarai kejuaraan paralayang tingkat nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya