SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Boyolali (Espos)–Sebanyak 75 persen pedagang Pasar Kota Boyolali dalam kondisi bangkrut dan sementara ini ada yang sudah gulung tikar.

Pedagang pasar tersebut yang kini menempati pasar darurat ingin segera pindah ke Pasar Kota Boyolali yang sudah dibangun. Berdasarkan pantauan Espos di salah satu lokasi pasar darurat, puluhan kios dan los terlihat kosong. Sesama Pedagang banyak yang sedang ngobrol dan pembeli yang datang hanya tampak sesekali.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Beberapa pedagang yang ditemui wartawan, Kamis (3/12) di Pasar Darurat menyatakan keinginan mereka untuk segera pindah. Sebab, sejak berada di Pasar Darurat sekitar sembilan bulan pendapatan menurun hingga 75% bahkan bisa lebih.
“Kami memang ingin segera pindah. Lha jualan di sini tidak yang pembelinya. Bagi yang tidak bertahan akhirnya tutup atau pindah ke pasar lain. Sampai sekarang, pedagang yang jualan di sini semakin sedikit,” kata pemilik Kios Ekasari, Ny Ali, 48.

Pernyataan senada disampaikan pedagang lainnya, Fatimah, 35, Menik, 44 dan Ny Mitro, 70. Mereka mengemukakan selama ini banyak pedagang yang sambat dagangannya tidak laku. Ny Ali yang berjualan bahan kue, roti dan plastik menuturkan sewaktu berada di Pasar Kota Boyolali pendapatannya bisa mencapai Rp100.000/hari tapi sejak di Pasar Darurat hanya kurang lebih Rp 25.000/hari.

Fatimah juga mengatakan, banyak pedagang yang datang ke pasar darurat hanya sekadar menunggu dagangan tanpa melayani pembeli. Pedagang Sembako itu mengistilahkan hanya dolan di pasar darurat. Sedikit demi sedikit, kata dia, pedagang mulai kehabisan modal dan banyak yang tidak berjualan lagi.

Terpisah, Sekretaris Paguyuban Pedagang Pasar Boyolali (P3B), Much Ichsanudin mengakui kondisi penjualan sepi sehingga beban yang dihadapi pedagang semakin besar. Apalagi, kata Udin, pedagang memiliki pinjaman kepada bank pasca kebakaran pasar tahun lalu.

Dia menambahkan dari 1.300 pedagang, sebanyak 75 persen dalam kondisi bangkrut. “Memang kondisinya sepi sekali. Apalagi di bagian pakaian dan sekitarnya, keadaan seperti kuburan saja. Pedagang ada yang tidak kuat kemudian gulung tikar dan ada pula yang pindah atau tutup sementara menunggu waktu untuk bisa berjualan lagi di pasar yang baru di bangun,” kata Udin.

nad

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya