SOLOPOS.COM - Salah seorang petani di Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring, Klaten, mencangkul sawahnya yang sudah setengah tahun lebih di-bera-kan, akhir pekan kemarin. (Iskandar/JIBI/SOLOPOS)


Salah seorang petani di Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring, Klaten, mencangkul sawahnya yang sudah setengah tahun lebih di-bera-kan, akhir pekan kemarin. (Iskandar/JIBI/SOLOPOS)

KLATEN–Sekitar70 persen tanaman padi di Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten dari luas hamparan 20.000 hektare puso.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu terjadi akibat serangan hama tikus yang meluas di sebagian besar kecamatan tersebut.

“Dari seluruh atau 19 desa di Kecamatan Juwiring, hanya Jetis dan Jaten yang tanaman padinya relatif sedikit diserang hama tikus. Serangan yang parah terjadi di Kecamatan Juwiring sebelah timur seperti Desa Tanjung, Bolopleret, Kwarasan dan sebagainya. Di wilayah itu sebagian besar tanaman padi yang ditanam di sawah hancur diserang tikus,” ujar Fasilitator Desa Kecamatan Juwiring, Martono ketika ditemui di Juwiring, akhir pekan kemarin.

Menurut dia akibat serangan hama tikus itu petani di kecamatan itu merugi ratusan juta rupiah. Karena ongkos produksi yang mereka keluarkan untuk luas lahan satu patok atau kira-kira 2.000 meter persegi mencapai Rp800.000 lebih. Terkait itu Martono meminta pemerintah melakukan survai detail sehingga diperoleh data akurat gagal panen tersebut.

“Jadi pemerintah itu jangan hanya keberhasilan panen saja yang dihitung. Gagal panen atau puso seperti ini hendaknya juga didata secara detil sehingga memperoleh data secara riil.”

Pendataan riil itu dinilai amat penting sehingga pemerintah tahu secara persis kondisi kehidupan para petani yang sebenarnya. Secara terpisah salah seorang petani di Kwarasan, Sarjianto, 63, juga mengeluhkan keganasan serangan hama tikus di desanya. Akibat serangan hama tikus, tanaman padinya harus dipanen sebelum waktunya.

“Karena umur padi belum cukup, padi banyak yang pecah bahkan remuk ketika gabahnya dimasukkan ke penggilingan. Tetapi kalau tidak segera saya panen, saya khawatir akan habis diserang hama tikus,” papar dia.

Keluhan serangan hama tikus juga dikemukakan salah seorang petani di Desa Tanjung, Joko Sutopo, 51. Bahkan sawahnya sudah enam bulan lebih tidak ditanami padi, karena khawatir diserang hama tikus dan akibat kekeringan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya