SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Espos)–Sebanyak tujuh kepala keluarga (KK) di Kampung Jatirejo, RT 6/RW XI, Kelurahan Mojosongo, Jebres, yang tinggal di dekat area TPA Putri Cempo terisolasi sejak dua pekan terakhir lantaran jalan tertutup tumpukan sampah.

Sampah-sampah tersebut menggunung di jalan TPA karena alat berat untuk menata sampah, rusak. Di sisi lain, jumlah warga yang eksodus atau mengungsi karena tidak betah dengan bau busuk yang ditimbulkan, terus bertambah. Hingga Senin (17/5) siang, empat KK yang selama ini tinggal dekat TPA, telah mengungsi. Selain menumpang di rumah keluarga atau kerabat lain, sebagian diantara mereka mengontrak atau kos.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seperti disampaikan Ketua RT 6/RW XI Jatirejo, Andri Priyanto, 33, saat ditemui wartawan menyampaikan, empat KK yang mengungsi yakni keluarga Suparno, Suyanto, Mbah Jinem dan Tina. Selain empat KK tersebut, ada juga dua anak bawah lima tahun (Balita) yang ikut mengungsi.

“Dua anak Balita ini adalah anak dari Tina dan satu lagi anak dari Suparno. Warga yang mengungsi memilih kontrak atau kos. Keluhan warga yakni bau busuk yang begitu menyengat,” ujarnya.

Dia menjelaskan, seharusnya sampah-sampah dibuang di bagian dalam TPA yang jaraknya relatif jauh dari perumahan warga. Namun jalan terlanjur tertutup sampah karena alat berat rusak, jalur menuju bagian dalam TPA tertutup. Sehingga para sopir struk sampah pun membuang sampah di tumpukan sampah yang berada di jalan tersebut.

Padahal jalan itu merupakan akses utama sebagian warga RT 6/RW XI. Sehingga jalan tertutup sampah, warga tidak dapat melintas. “Saat ini mereka harus memutar area TPA. Padahal jauh juga itu,” imbuh Andri.

Sedangkan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Solo, Satrio Teguh Subroto, saat dimintai penjelasan mengatakan, dari delapan alat berat yang ada hanya tiga unit yang masih aktif. Parahnya, kinerja ketiga alat itu pun tidak optimal.

Menurut Satrio, kinerja tiga unit alat berat hanya 50 persen dari kemampuan seharusnya. Selama ini pihaknya selalu menambal sulam kerusakan alat berat. Pasalnya opsi pengadaan baru alat berat tidak memungkinkan. Dia mencontohkan, untuk pengadaan tiga hingga empat alat berat baru membutuhkan dana sekitar Rp 12 miliar.

“Alat sudah tua semua. Selama ini perbaikan terus. Pengadaan baru bisa dilakukan bila anggaran mencukupi. Tapi mahal juga, contoh untuk satu buldoser saja harganya sekitar Rp 4 miliar. Dana cukup besar akan memberatkan anggaran,” tegas dia.

kur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya