SOLOPOS.COM - Nasi pisang goreng karya KWT Marsudi Tani Sukodono, Sragen. (Moh Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Kuliner Sragen, nasi pisang goreng ini berawal dari usaha membuat tepung pisang yang gagal.

Solopos.com, SRAGEN–Demi menunjang program ketahanan pangan, kelompok ibu-ibu di Dusun Dulas, Desa Pantirejo, Sukodono, Sragen, memiliki kreasi di bidang kuliner. Ibu-ibu ini menciptakan nasi goreng dari bahan baku utama pisang mentah. Varian nasi goreng ini sedikitpun tidak menggunakan campuran beras. Lho kok bisa?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Nasi pisang goreng ini diciptakan Kelompok Wanita Tani (KWT) Marsudi Tani. Menu nasi pisang goreng itu sebetulnya lahir tanpa disengaja.
Kuliner itu merupakan bentuk malapraktik ibu-ibu saat ingin membuat tepung dari bahan pisang yang masih mentah.

“Kebetulan selama beberapa hari kami mendapat pelatihan membuat tepung dari bahan pisang dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Namun, proses pengukusan pisang itu terlalu lama sehingga tidak bisa dijadikan bahan dasar tepung. Daripada mubazir, kami mencoba menjadikan pisang itu sebagai bahan baku nasi goreng. Ternyata, rasanya enak juga,” kata Ketua KWT Marsudi Tani, Riri Astuti, saat ditemui wartawan di Sukodono, Minggu (21/2/2016).

Nasi pisang goreng itu dibuat dengan racikan bumbu nasi goreng pada umumnya. Untuk menambah kelezatan, nasi pisang goreng itu dicampur dengan daging ayam serta telur. Kelezatan nasi pisang goreng itu sudah diuji oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Tengah, Sri Puryono, yang berkunjung ke Sukodono pada Jumat (21/2/2016) lalu. “Waktu pertama mencoba, Pak Sekda bilang, kok ya enak sekali to. Baru tahu saya kalau pisang itu bisa dibikin nasi goreng,” kata Riri menirukan Sri Puryono.

Nasi pisang goreng ini dibuat dari bahan dasar pisang yang masih mentah. Setelah dicuci, pisang itu dikukus sekitar 10 menit untuk
menghilangkan getahnya. Setelah dikukus, pisang itu dikupas lalu diparut model sawut atau keju. Setelah diparut, cacahan pisang itu
kembali dikukus hingga membuatnya lebih pulen. Setelah dikukus, cacahan pisang itu bisa langsung dimasak menjadi nasi goreng. Hingga
kini, kuliner nasi pisang goreng itu belum dijual kepada masyarakat. Meski begitu, kuliner nasi pisang goreng itu sudah biasa dijumpai
dalam berbagai kegiatan PKK, pertemuan KWT, arisan ibu-ibu dan lain-lain.

“Rasanya sangat enak. Daripada nasi jagung, saya lebih menyukai nasi pisang goreng ini,” ujar Nur Ngaeni, 55, warga Desa
Bendo, Kecamatan Sukodono, yang baru menikmati kuliner nasi pisang goreng itu.

Penyuluh pendamping Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Kecamatan Sukodono, Dyah Prabantari, mengatakan nasi pisang goreng itu merupakan makanan alternatif pengganti nasi beras. Nasi pisang goreng itu merupakan bagian dari penganekaragaman konsumsi pangan. “Kebanyakan lahan di Sukodono berupa tegalan yang kurang cocok ditanami padi. Jadi, kalau sewaktu-waktu beras di rumah habis, nasi pisang goreng bisa jadi pilihan untuk dikonsumsi bersama keluarga,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya