SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, WONOGIRI — Kebakaran menghanguskan hutan dan lahan seluas lebih kurang 67 hektare (ha) di Wonogiri pada kurun waktu Juli-Agustus lalu atau selama kemarau ini.

Kerugian material akibat kebakaran itu ditaksir mencapai Rp887,5 juta. Namun, kerugian imaterial diyakini lebih besar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Data yang dihimpun Solopos.com dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Senin (2/9/2019), 67 hektare lahan dan hutan itu merupakan akumuliasi dari 11 peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sejak 11 Juli hingga 31 Agustus.

Kebakaran paling parah terjadi di lahan warga dan aset Perum Perhutani di Kepatihan, Selogiri, 10 Agustus lalu. Saat itu api menyala hingga lebih dari 24 jam sehingga kawasan yang terbakar mencapai 25 ha.

Area hutan yang terbakar meluas hingga tiga lokasi di tiga kecamatan, meliputi Selogiri dan Manyaran, Wonogiri, serta Bulu, Sukoharjo. Peristiwa itu menimbulkan kerugian lebih kurang Rp375 juta.

Karhutla yang menimbulkan dampak cukup parah lainnya terjadi di lahan Perhutani petak 32E RPH Pulosari, Kecamatan Wonogiri, pada 29 Agustus. Api menghanguskan pepohonan dan semak belukar di lahan seluas lebih kurang 10 ha dan menimbulkan kerugian material Rp150 juta.

Kebakaran di hutan rakyat di Ngunggahan, Eromoko, pada 12 Agustus juga cukup parah. Saat itu lahan yang terdampak seluas lebih kurang 10 ha. Kerugian material akibat peristiwa itu ditaksir Rp100 juta.

Kawasan terdampak karhutla dipastikan lebih luas karena peristiwa awal September belum terdata. Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Wonogiri, Bambang Haryanto, saat ditemui Solopos.com di kantornya di kawasan kota, Senin, mengaku mendapat informasi terjadi karhutla di Gemawang, Ngadirojo, Minggu (1/9/2019) malam.

Bahkan, berdasar informasi terakhir, api belum padam hingga Senin pagi, tetapi kobarannya tak sebesar sebelumnya. “Kemarin [Minggu] sore juga ada laporan karhutla di Tanjung, Sembukan [Sidoharjo]. Api membakar lahan Perhutani seluas 7 ha dari total hutan seluas 17,2 ha,” kata Bambang.

Menurut Bambang, kerugian imaterial jauh lebih besar. Karhutla dapat mengakibatkan retakan tanah. Alhasil, kawasan terdampak yang kebanyakan di lereng bukit berpotensi longsor jika penghujan tiba.

Saat itu air dapat masuk ke retakan tanah yang mengakibatkan struktur tanah bagian dalam lembek sehingga berpeluang longsor. Terlebih, kawasan tersebut sudah tak ada lagi pohon pengikat tanah karena mati terbakar.

Selain itu karhutla dapat mengakibatkan matinya mikroorganisme dalam tanah sehingga tanah tak subur lagi. Karhutla juga membuat sumber air mati karena tidak ada cadangan air lagi di lokasi itu.

“Di beberapa lokasi, seperti di Sidoharjo, api merusak jaringan paralon penyalur air bersih dari sumber mata air ke rumah-rumah warga. Akibatnya warga tak bisa mendapat air bersih lagi selama jaringan rusak,” imbuh Bambang.

Terpisah, Kepala UPTD Pemadam Kebakaran Satpol PP Wonogiri, Joko Santoso, mengimbau warga sekitar hutan lebih waspada pada musim kemarau seperti sekarang. Jika terjadi kebakaran, segera ambil langkah pertama agar api tak menjalar ke permukiman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya