SOLOPOS.COM - Keramba Waduk Kedungombo (WKO), Sumberlawang, Sragen.(JIBI/SOLOPOS/Dok.)

Petani Karamba---Ketua kelompok petani Karamba Mino Makmur di Sidorejo, Tukiman, memberi makan ikan-ikan di karamba di perairan WKO, Kaliwuluh, Ngargotirto, Sumberlawang. Sebanyak enam petak karamba dari 20 petak bantuan Dinas Perikanan dan Kelautan Pemprov Jateng melalui Disnakkan Sragen, belum difungsikan, Rabu (14/9/2011). (JIBI/SOLOPOS/Syahaamah Fikria)

Sragen (Solopos.com)–Dari 20 petak karamba di Waduk Kedungombo (WKO) milik kelompok Mino Makmur Sidorejo, Sumberlawang, enam petak di antaranya masih belum difungsikan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Karamba tersebut diperoleh Mino Makmur dari bantuan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi  Jawa Tengah melalui Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen.

Belum difungsikannya enam petak karamba tersebut lantaran para petani tidak memiliki modal untuk memfungsikannya.

Diungkapkan Ketua Mino Makmur, Tukiman, bantuan dana Rp 22, 5 juta yang diberikan Dinas Perikanan dan Kelautan Pemprov Juni lalu, belum bisa memenuhi standar pembuatan 20 petak karamba.

Untuk memfungsikan ke-14 petak saja, diakui Tukiman, anggota kelompok Mino Makmur yang terdiri dari 10 orang masih harus merogoh kocek sendiri lebih dari Rp 15 juta. Mereka juga harus swadaya untuk pengadaan bahan-bahan, seperti bambu dan senar.

“Dari aturannya, dana Rp 22, 5 juta itu dianggarkan untuk membuat 20 karamba dengan ukuran per petak 4 meter x 4 meter. Tapi dengan jumlah dana tersebut jelas tak bisa mencukupi pembuatan 20 karamba karena standarnya satu petak karamba itu membutuhkan dana Rp 2 juta,” tutur Tukiman, saat ditemui Espos di perairan Waduk Kedung Ombo (WKO), di daerah Kaliwuluh, Ngargotirto, Sumberlawang.

Ukuran petak yang disebutkan 4 meter x 4 meter itu, imbuh dia, juga tak memenuhi standar. Oleh karena itu, para petani karamba kelompok Mino Makmur tetap nekat membuat petak berukuran 6 meter x 6 meter.

Kenekatan itu bukan tak beralasan karena menurutnya ukuran petak yang tak memenuhi standar malah akan membuat ikan-ikan tak bisa hidup leluasa. Akibatnya, perkembangan ikan pun bisa terganggu.

Sementara Kepala Disnakkan Sragen, Eka Rini, saat dimintai konfirmasi mengungkapkan program bantuan untuk petani karamba memang sudah selesai. Menurutnya, bantuan tersebut merupakan sebuah stimulan untuk membangkitkan gairah para petani karamba di WKO untuk mengaktifkan kembali desa karamba.

“Kami sudah saling menyepakati, para petani karamba boleh melakukan perluasan petak, tapi kekurangan harus dengan swadaya. Ya, para petani karamba harus pelan-pelan mengumpulkan biaya untuk mengaktifkan semua petak,”  tuturnya saat dihubungi Espos, Kamis (22/9/2011).

(m97)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya