SOLOPOS.COM - Ilustrasi demam berdarah. (Solopos/Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com,SEMARANG -- Penyakit demam berdarah dengue (DBD)  yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypty telan menelan 47 korban jiwa di Jawa Tengah (Jateng) per Januari-Juni 2020.

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng, total sudah ada 3.189 orang yang terserang penyakit DBD selama periode tersebut dimana 47 korban di antaranya meninggal dunia.

Promosi Peneliti Harvard Ungkap Peran BRI Dorong Inklusi Keuangan lewat Digitalisasi

Kepala Dinas Kesehatan Jateng, Yulianto Prabowo, mengatakan selain wabah virus corona, ancaman penyakit DBD memang harus diwaspadai masyarakat. Terlebih lagi, kasus DBD di Jateng terbilang tinggi dengan incidence rate (IR) mencapai 9,16.

Incidence rate itu kita hitung berdasarkan jumlah kasus per 100.000 penduduk. Itu terbilang tinggi dan harus diwaspadai,” ujar Yuliyanto dalam rekaman video yang dibagikan kepada wartawan di Semarang, Kamis (2/7/2020) malam.

Asyik, KA Joglosemarkerto Aktif Lagi Akhir Pekan Ini

Yuliyanto menambahkan dari 35 kabupaten/kota di Jateng jumlah kasus demam berdarah tertinggi terjadi di Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Purworejo, Klaten, Batang, Kota Magelang, dan Kota Semarang.

Sementara, angka kematian tertinggi akibat demam berdarah berada di wilayah Kota Pekalongan, Banjarnegara, Banyumas, Purbalingga, Grobogan, dan Temanggung.

Berkembang biak

Yuliyanto pun meminta masyarakat untuk mewaspadai ancaman penyakit demam berdarah. Terlebih lagi, saat ini hujan masih berpotensi turun di beberapa wilayah di Jateng.

13 Daerah di Jateng Butuh Perhatian Khusus Covid-19

Musim hujan dianggap sebagai momen yang tepat bagi nyamuk pembawa penyakit demam berdarah untuk berkembang biak.

“Maka dari itu, kami mengajak masyarakat untuk bersama-sama menanggulangi wabah DBD ini. Caranya, selalu menjaga kebersihan dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS),” imbuh Yuliyanto.

Ganjar Minta Sosialisasi KB Libatkan Tokoh Masyarakat

Yuliyanto pun mengimbau kepada masyarakat untuk rutin membersihkan lingkungan sekitar. Jika perlu dibentuk juru pemantau jentik yang secara rutin memantau perkembangan jentik nyamuk di lingkungan setempat.

“Selain itu kita juga harus menerapkan 3 M,” ujar Yuliyanto.

Yakni menguras bak mandi atau tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya