SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Rohmah Ermawati)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Rohmah Ermawati)

SRAGEN – Sebanyak 58 orang siswa kursus pranatacara atau protokoler Jawa diwisuda di Pendapa Sumonegara, kompleks rumah dinas Bupati Sragen, Minggu (14/4/2013). Mereka adalah peserta kursus yang digelar Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia (Permadani) Sragen.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ketua Panitia Wisuda, Supardi HP, mengungkapkan kebanggaannya berhasil mendidik dan melantik 50 panata cara lelaki dan delapan panata cara perempuan dari lembaga kursus yang dibentuk September 1990 itu. Supardi mengatakan tidak terlalu berpikir ihwal kuantitas melainkan kualitas masing-masing lulusan.

Dia menitipkan pesan kepada seluruh wisudawan Purnawiyata Pawiyatan Pranatacara Tuwin Pamedhar Sabda Basa Jawi Bregada XIII-XIV agar ikut serta mengembangkan budaya dan Bahasa Jawa setelah kembali ke masyarakat. “Generasi muda sekarang tidak menyikapi tata krama dan budi pekerti dengan baik. Setelah dilantik bisa terjun ke masyarakat dan membantu masyarakat memelihara budaya jawa,” ujar Supardi.

Salah satu pengajar atau Dwija Permadani, Indardjo, juga menaruh harapan kepada seluruh lulusan kursus pranatacara ikut berperan membenarkan hal yang dinilai salah di masyarakat. Indardjo mengatakan tugas panata cara bukan sekadar sebagai pembawa acara saat acara-acara tertentu. “Mereka mengemban tugas membenarkan bahasa. Mereka diajari mana bahasa yang benar dan mana yang salah. Mereka punya andil membuat jadi benar apa yang salah. Misal, cara duduk besan, manten dan lain-lain.

Satu dari puluhan orang yang mengikuti prosesi itu warga Padasan, Gemolong, Sulis, 20. “Saya senang. Orangtua bisa datang saat saya wisuda sebagai panata cara Bahasa Jawa,” kata dia saat ditemui Solopos.com. Gadis yang menempuh pendidikan Strata I di Universitas Sebelas Maret (UNS) jurusan Pendidikan Bahasa Jawa itu mengaku bangga bisa menyelesaikan kursus panata cara di Permadani Kabupaten Sragen selama lima bulan.

Keputusan mengikuti kursus singkat di sekolah yang memiliki murid dari berbagai wilayah di Jawa Timur maupun Jawa Tengah itu untuk mendukung pendidikan yang dia tempuh. Dia berharap dapat memperbaiki bahasa dan menambah pengetahuan bahasa jawa melalui kursus panata cara. “Bahasa Jawa itu memiliki lingkup luas. Apalagi usia saya masih segini. Saya masih asing. Awalnya canggung karena belajar dengan orang yang lebih tua dari saya. Tetapi lama kelamaan bisa,” akunya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya