SOLOPOS.COM - Kebakaran Pasar Mebel, Ngemplak, Banjarsari, Selasa (6/5/2014). (JIBI/Solopos/Rudi Hartono/dok)

Solopos.com, SOLO—Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo memprediksi tren kebakaran bakal meningkat seiring pergantian musim penghujan menuju musim kemarau. Angka kebakaran diperkirakan bisa mencapai 30-40 kasus per bulan, sehingga  warga diminta waspada.

Bendahara Peralatan BPBD Solo, Andy Yuda mengatakan berdasarkan data 2013, mulai Juni hingga Oktober, frekuensi kebakaran meningkat antara 20 hingga 30 kasus per bulannya. “Pada Oktober 2013, musibah kebakaran mencapai angka 30-an. Padahal secara keseluruhan selama setahun kami menangani 115 musibah kebakaran,” kata dia saat ditemui solopos.com di ruangannya, Kamis (8/5/2014).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Andy menyebut sejumlah kebakaran yang terjadi akhir-akhir ini, selain faktor kesalahan manusia, juga didukung adanya peningkatan suhu udara. “April hingga Mei ini boleh dibilang baru permulaaan. Karena setelah itu, mulai Juni, Juli, Agustus, September hingga Oktober, kami memprediksi jumlah kebakaran menyentuh angka 30 hingga 40-an tiap bulannya,” kata dia.

Musibah kebakaran, lanjutnya, 70 persen disebabkan korsleting aliran listrik. “Karena itu kami meminta kepada masyarakat untuk mengecek peralatan maupun jaringan listriknya secara periodik. Musim kemarau seperti ini mendukung pembesaran api sehingga kebakaran cepat merambat,” imbuhnya.

Selain mengecek jaringan listrik, lanjutnya, BPBD juga mengimbau setiap rumah dan kantor menyediakan alat pemadam api ringan (APAR). “Fungsi APAR untuk memadamkan titik api yang berasal dari korsleting. Sementara, penanganan kebakaran dari benda mudah terbakar dapat menggunakan karung goni atau kain basah,” urai Andy.

Pihaknya juga mengimbau setiap pabrik menyediakan foam liquid yang berfungsi menutup permukaan benda yang terbakar. “Pabrik plastik, pabrik tekstil, dan pabrik bahan bakar cair saya harap menyediakan foam liquid. Cairan ini menutup api dengan mencegah aliran udara masuk, sehingga api padam sendiri,” jelasnya.

Andy juga mengatakan selama ini informasi musibah kebakaran dari masyarakat sering terlambat. Informasi, sambung dia, baru disampaikan kepada petugas pemadam kebakaran setelah api membesar. “Ketika muncul titik api dan merasa tidak bisa mengatasi, sebaiknya langsung menghubungi kami.
Standard Response Time (SRT) kami cepat, antara 7 hingga 10 menit untuk dalam kota,” tutur dia.

Di saat yang sama, Sekretaris BPBD Solo, Ekowati mengatakan masyarakat tidak harus datang ke BPBD maupun Kantor Pemadam Kebakaran (PMK) jika membutuhkan bantuan. “Tidak usah datang ke kantor, cukup dengan telepon. Kami merespon tanpa dipungut biaya,” kata Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya