SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kuala Lumpur–Diperkirakan sebanyak 500 wanita Malaysia kawin lari dengan lelaki Lombok dan menikah di kampung halaman sang pria di Nusa Tenggara Barat.

Seorang pejabat dinas yang mengurusi agama Islam di Mataram, sebagaimana yang dikutip Berita Harian, di Kuala Lumpur, Senin (14/6), mengungkapkan, hampir semua pernikahan antara wanita Malaysia dan lelaki Lombok itu menggunakan penghulu tidak resmi.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Hal itu disebabkan karena wanita Malaysia yang akan menikah dengan pria pekerja perkebunan itu masuk ke Indonesia secara tidak sah. Mereka lari mengikuti sang kekasih pergi ke Lombok dan melakukan pernikahan resmi.

Koran Malaysia itu menyebutkan, dengan status sebagai pendatang asing tak resmi, tak mungkin wanita Malaysia itu menikah dengan menggunakan penghulu resmi. Penghulu sudah pasti akan mempertanyakan status dari kedua mempelai.

Ekspedisi Mudik 2024

Oleh sebab itu, banyak pernikahan antara wanita Malaysia dan lelaki Lombok tidak diperkuat dengan surat atau buku nikah resmi.

Peristiwa kawin lari wanita Malaysia dengan lelaki Lombok tersebut sering menjadi sorotan media massa Malaysia karena mereka meninggalkan orang tuanya tanpa kabar berita.

Selain itu, banyak wanita Malaysia yang kawin lari ke Lombok masih di bawah umur atau belum memenuhi persyaratan menikah di Indonesia dan Malaysia.

Dampak dari tidak adanya surat atau buku nikah resmi, pernikahan mereka tidak bisa dilegalkan di Malaysia saat wanita itu kembali ke negerinya. Pada umumnya mereka menginginkan pernikahan mereka di Lombok disahkan di Malaysia dan suami beserta anak-anaknya bisa masuk ke negeri itu.

Di koran itu, menejer pekerja asing Sime Darby Zarif Zainul menyatakan, percintaan antara buruh perkebunan Indonesia dengan wanita Malaysia di perkebunan tak bisa dihindari.

Banyak orang tua Malaysia yang hidup dari perkebunan hanya ditemani oleh anak-anak wanita. Para lelaki banyak bekerja di kota.

“Seringkali yang mengantar anak-anak wanita Malaysia ke sekolah adalah buruh Indonesia. Mereka punya motor dan sejak pagi sudah siap. Dari situlah percintaan muncul,” katanya.

“Para buruh Indonesialah yang sering membelikan pulsa para pelajar wanita Malaysia di perkebunan. Mereka yang punya uang dan gaji. Dari situlah awal cinta bersemi. Jika sudah jatuh cinta dan buruh Indonesia balik ke kampung, banyak yang ingin ikut dan menikah di sana,” tambah Zarif Zainul.

ant/rif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya