Solopos.com, SUKOHARJO — Lima personel wanita polisi (polwan) Polres Sukoharjo saat ini memiliki tugas baru sebagai pengayom masyarakat. Pekerjaan baru kelima polwan itu menjadi penerjemah bahasa isyarat untuk membantu menyampaikan informasi kepada masyarakat difabel di Sukoharjo.
Kapolres Sukoharjo, AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, mengatakan para polwan yang didapuk sebagai penerjemah sudah mendapatkan pelatihan dari Yayasan SLB ABC, Tawangsari, Sukoharjo, selama beberapa waktu terakhir. Pemberian tugas baru untuk para polwan menurutnya merupakan implementasi dari program Kapolri untuk membantu masyarakat khususnya kaum difabel.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
“Kami menugaskan sejumlah polwan sebagai penerjemah bahasa isyarat dalam menerjemahkan informasi-informasi yang kami berikan. Hal itu untuk membantu kaum berkebutuhan khusus seperti tunarungu dan tunawicara dalam memperoleh informasi,” ujar dia kepada Solopos.com, Senin (28/2/2022).
Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Polres Sukoharjo Gencarkan Kampanye Prokes
Kapolres menambahkan, didapuknya polwan sebagai penerjemah merupakan saran yang berorientasi pada hak asasi manusia (HAM) dan kelompok rentan. Hal tersebut termasuk penyiapan personel Polri yang mampu dan mahir dalam penguasaan bahasa isyarat.
Kesempatan Membanggakan
Sebagai informasi, kelima polwan Polres Sukoharjo yang mendapat amanat menjadi penerjemah bagi difabel yakni Briptu Nike Widya Apsari, Bripda Bintari Nurhidayanti, Briptu Jelang Pinka Pramadhani, Briptu Listyana Candra Dewi, dan Briptu Nur Aini Dwi Pratiwi
Pada bagian lain, Briptu Nike Widya Apsari, mengatakan mendapatkan tugas sebagai penerjemah bahasa isyarat merupakan kesempatan yang membanggakan.
Baca juga: Kabar Baik, Sukoharjo Segera Dapat Kucuran Minyak Goreng Murah
Dia mengaku canggung saat kali pertama bertugas sebagai penerjemah saat ungkap kasus di Mapolsek Grogol beberapa waktu lalu. Namun, dia menegaskan senang melakoninya demi memfasilitasi dalam hal penyampaian informasi kepada masyarakat berkebutuhan khusus.
“Saya senang akhirnya bisa dipercaya sebagai penerjemah bahasa isyarat. Awalnya grogi, akhirnya terbiasa juga. Saya akan terus mengasah kemampuan ini dengan terus berlatih salah satunya sering berkomunikasi dengan siswa SLB tunarungu sehingga banyak kosakata yang bisa dipakai dalam menerjemahkan informasi kepada masyarakat berkebutuhan khusus,” beber dia.