SOLOPOS.COM - Ilustrasi bunuh diri. (Whisnupaksa Kridangkara/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN — Selama Januari-Mei 2022 tercatat lima kasus bunuh diri di Sragen, Jawa Tengah, dua kasus di antara melibatkan anak-anak.

Perinciannya, dua kasus di Kecamatan Karangmalang kemudian di Kecamatan Gemolong, Gondang, dan Kedawung masing-masing satu kasus. Jumlah kasus bunuh diri selama kurun waktu tersebut mendekati total kasus selama 2021, yakni enam kasus.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Enam kasus bunuh diri pada 2021 terjadi di enam kecamatan, yakni Ngrampal, Kedawung, Sambungmacan, Sukodono, Karangmalang, dan Gemolong.

Mantan Wakil Bupati (Wabup) Sragen, Dedy Endriyatno, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (10/5/2022), menyampaikan kasus gantung diri di Sragen seolah menjadi tren bunuh diri.

Ekspedisi Mudik 2024

“Bunuh diri itu seolah menjadi biasa bagi orang yang berpikiran sempit dan mencari jalan pintas untuk menghindari beban hidup atau masalah hidup. Pencegahan yang paling efektif itu kepedulian lingkungan dan keluarga. Selain itu kuat pemahaman spiritual juga mampu mencegah bunuh diri,” jelas lelaki yang tinggal di Mojomulyo, Sragen Kulon, Sragen.

Baca Juga : 3 Kasus Bunuh Diri Dalam Sehari di Sragen Tampar Muka Pemerintah

Sementara itu, Anggota Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Sragen, Diah Nursari, memiliki pendapat lain perihal penyebab orang bunuh diri, khususnya di Sragen.

Dia menyebut penyebab yang jelas adalah tekanan yang membuat orang bersangkutan merasa lebih baik mengakhiri hidup.

“Tekanan itu bisa bermacam-macam. Bisa jadi karena masalah sosial, ekonomi, penyakit, atau bisa jadi karena orang tersebut impulsif [sikap ketika seseorang melakukan suatu tindakan tanpa memikirkan akibat dari apa yang dilakukannya], dan seterusnya. Bunuh diri tidak menjadi tren di Sragen. Kebetulan saja dalam sehari ada dua kasus dengan tiga korban,” ujarnya.

Diah melihat dua kasus bunuh diri di Kecamatan Gondang dan Kedawung itu sama-sama melibatkan anak. Tetapi, katanya, dua kasus itu memiliki perbedaan.

Baca Juga : Sehari 3 Warga Sragen Ditemukan Gantung Diri, Ini Dugaan Pemicunya

Kasus di Gondang, lanjutnya, anak menjadi korban sedangkan di Kedawung itu anak sebagai saksi. Dia mengatakan P2TP2A Sragen tidak bisa mengabaikan kasus itu dan juga berupaya agar tidak muncul kasus baru.

“Kalau anak diajak bunuh diri ini lebih pada persoalan ketahanan keluarga. Perlu edukasi kepada masyarakat, terpenting pendidikan mental, ketahanan keluarga. Bagi anak yang menjadi saksi di Kedawung akan dilakukan pendampingan mencegah trauma. Kami sudah berkoordinasi. Langkah awal melakukan asesmen untuk menentukan metode pendampingan yang tepat.”

Peringatan: Bunuh diri bukanlah solusi untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan. Jika Anda atau orang di sekitar Anda mengalami tekanan dan muncul pikiran untuk bunuh diri, segeralah hubungi hotline bunuh diri Indonesia melalui nomor 1119 (ekstensi 8) atau hotline kesehatan jiwa Kemenkes di nomor 021-500-454.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya