SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta (Solopos.com)– Banyak keluhan dialamatkan pada film-film anak-anak Indonesia. Sebagian dari film-film itu memang tokoh utamanya anak-anak, tapi sesungguhnya punya logika cerita yang hanya bisa dipahami orang dewasa.

Film 5 Elang garapan Rudi Soedjarwo ini adalah pengecualian.

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

Film berdurasi 88 menit ini berkisah tentang persahabatan lima orang yang terlibat dalam perkemahan pramuka.

Baron (Christoffer Nelwan) adalah anak Jakarta yang kaya dan maniak mainan mobil RC. Ia harus ikut orang tuanya yang pindah ke Balikpapan.

Ekspedisi Mudik 2024

Di sana, dia harus beradaptasi dengan “anak daerah”. Masalahnya, sekolah barunya itu sedang ada persiapan untuk perkemahan Pramuka—sesuatu yang dianggap kurang oke oleh banyak anak, dibandingkan dengan games atau permainan kontemporer lainnya.

Perkenalannya dengan Rusdi (Iqbal D Ramadhan), seorang penggalang yang supel dan selalu optimis, membuat Baron terjebak untuk bergabung dengan regu pramuka, yang memang sedang kekurangan anggota itu. Orang tua Baron pun setuju.

Tentu Baron makin malas, karena ia punya rencana lama untuk liburan ke Jakarta dan bertanding RC. Namun, begitu ia tahu ada pameran RC dari Jepang yang lokasinya tak jauh dari bumi perkemahan, ia pun mau ikut berkemah.

Maka kita pun masuk ke dalam dunia Pramuka dan perkemahan, lengkap dengan segala permainan dan perlombaannya.

Pemenangnya akan menjadi Pramuka Utama dan menjadi wakil Kalimantan Timur untuk Jambore Nasional, sebuah ajang puncak gerakan ini.

Selain Baron yang ahli elektronik dan Rusdi yang punya jiwa kepemimpinan, adan si gempal Anton (Teuku Rizki) yang ahli perapian dan si tengil Aldi (Bastian Bintang) yang temperamental dan naksir salah seorang peserta wanita di sana.

Seperti lazimnya Pramuka, regu pria dinamai dengan nama binantang dan regu putri dengan nama bunga dan tumbuhan. Dan keterampilan tali-temali, berbagai sandi, dan morse pun hadir di sini, di samping lomba fisik seperti tarik tambang.

Salah satu anggota di regu putri itu adalah Sindai (Monica Sayangbati) yang bertenaga kuat dan dimanfaatkan oleh rekan-rekannya yang tak mau kerja.

Saat lomba mencari jejak, anggota regu itu tercerai-berai. Dan, bahaya pun mengintai: Tim Elang yang sudah tak kompak itu harus berhadapan dengan para begundal pencuri kayu dan satwa liar pimpinan Arip Jagau, di samping harus mengendalikan diri dari rasa takut terhadap penghuni hutan itu.

Berhasilkah tim Elang memenangkan pertandingan dan menjadi Pramuka Utama?

Film ini menarik, karena pertama, membuat penonton dewasa mengenang lagi masa-masa mudanya waktu SD, ketika Pramuka diwajibkan.

Berbagai macam aktivitas khas Pramuka dihadirkan lagi di sini. Ini memang untuk menyambut 50 tahun Kwartir Nasional—karena itu Ketua Kwartir Nasional Prof Dr dr Azrul Azwar, MPH menjadi salah satu produser eksekutif.

Film produksi bersama SBO Films, Indika Pictures dan Kwarnas Gerakan Pramuka ini menjadi natural karena melibatkan 1.000 figuran anak Pramuka di dalamnya.

Kedua, film ini mengambil lokasi di luar Jakarta, tepatnya di Balikpapan, dan ini penting mengingat sangat sedikit representasi non-Jakarta dan non-Jawa dalam perfilman Indonesia.

Ketiga, film ini cocok untuk penonton anak-anak, sesuatu yang sungguh jarang. Ini karena sang sutradara Rudi Soedjarwo membuat film ini, seperti pernyataannya dalam sebuah wawancara, “seperti membuat film untuk anak saya”.

Keempat, skenario digarap oleh Salman Aristo—yang di sini juga sebagai salah satu produser –yang berpengalaman menggarap film anak-anak semacam ‘Garuda Di Dadaku’ dan ‘Laskar Pelangi’.

Ia menggunakan rumus tiga babak yang biasa dilakukan film arus-utama Hollywood: perkenalan para karakter utama di awal cerita, ada konflik yang menyebabkan ikatan dan hubungan kimiawi antar anggota grup makin melemah atau sebaliknya mengental, dan terakhir penyelesaian.

Semua itu dibumbui dengan adegan-adegan a la McGyver yang mengingatkan kita pada Home Alone, hal yang acap berhasil menghibur. Juga, perkembangan dan perubahan karakter tokoh-tokohnya terasa enak ditonton.

Jadinya adalah film formulaik yang asyik untuk dinikmati anak-anak dan juga orang dewasa yang mendampinginya.

Maka inilah kisah petualangan dan seluk-beluk persahabatan antara lima Penggalang Pramuka. Tepuk Pramuka!



(Detikcom/nad)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya