SOLOPOS.COM - Puluhan petani dan warga beramai-ramai membongkar pematang sawah untuk mencari tikus saat gropyokan tikus di areal persawahan Dukuh Randusari, Pengkok, Kedawung, Sragen, Jumat (24/7/2020). (Tri Rahayu/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN - Puluhan orang berkerumun di tengah sawah yang bera di wilayah Dukuh Randusari, Pengkok, Kedawung, Sragen. Mereka membawa tongkat dari kayu dan bambu serta membawa linggis. Ada pula yang membawa ember dan sak bekas wadah pupuk. Mereka berjibaku membrengkal pematang sawah yang kering itu. Mereka tak melakukan aksi unjuk rasa tetapi aksi gropyokan tikus, Jumat (24/7/2020) pagi.

Pecah Rekor! Pasien Positif Covid-19 Soloraya Tembus 1.010 Orang

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Gropyokan tikus di wilayah Pengkok sudah berjalan tiga pekan terakhir dan dilakukan bersama-sama setiap Jumat pagi. Jumat itu merupakan Jumat ketiga. Jumat pertama (10/7/2020) lalu tak dihitung hasil tikus yang tertangkap. Pada Jumat kedua (17/7/2020) lalu berhasil menangkap 3.500 ekor. Kemudian pada Jumat ketiga ini berhasil menangkap 5.755 ekor.

Gopyokan tikus tersebut dilakukan serentak di wilayah Pengkok yang dibagi dalam tiga kebayanan. Satu kebayanan dipimpin seorang koordinator dengan lokus gropyokan yang sudah ditentukan. Sasaran gropyokan lahan pertanian seluas 350 hektare yang sudah terserang hama tikus. Tak hanya petani yang ikut berjibaku mencari lubang tikus. Para remaja dan pemuda desa pun ikut mencari tikus karena satu ekor tikus dihargai dengan uang Rp2.000/ekor.

Saat tikus keluar, mereka beramai-ramai memukul. Ada pula yang menubruk tikus itu dan setelah tertangkap kemudian dibanting. Hal itu sebagai wujud kekesan para petani terhadap hama tikus. Namun, ada pula yang sudah berhasil tertangkap lalu lepas lagi dan masuk ke sela-sela bongkahan tanah.

29 Nakes RSUD Wonogiri Positif Covid-19, Pemkab Cari Pengganti dari Faskes Lain

Andi Pratama, 18, bersama tiga orang pemuda lainnya bermodal tongkat dan sak bekas wadah pupuk ikut mencari tikus demi mendapatkan uang, “Jumat lalu hanya dihargai Rp1.000/ekor. Sekarang naik jadi Rp2.000/ekor. Kalau tahun lalu hanya dapat 13 ekor. Ini sekarang sudah dapat lebih dari 13 ekor. Uangnya nanti dibagi rata,” ujar Andi.

Ikut Berbaur

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati ikut berbaur dengan warga untuk bersama-sama membasmi tikus. Yuni, sapaan akrabnya, ikut membawa tongkat untuk memukul tikus. Awalnya stimulan yang diberikan hanya Rp1.000/ekor.

Yuni menambah Rp1.000/ekor sehingga harga tikus hasil tangkapan dinilai Rp2.000/ekor. “Ini saya tambahi Rp1.000/ekor biar petani dan warga semangat. Kalau Jumat lalu dapat 3.000-an ekor maka pada Jumat ini mestinya bisa sampai 6.000-an ekor,” kata Yuni.

Asyik! Mi Ayam Instan Wonogiren Bisa Dibeli Lewat E-Commerce

Petani asal Dukuh/Desa Pengkok RT 010, Sadi, 60, bersama keempat temannya sibuk mencari tikus dengan modal tongkat dan sak juga. Kendati ada kunjungan Bupati, mereka tak menggubris karena fokus mencari tikus sebanyak-banyaknya. “Jumat lalu dapat 200 ekor. Hari ini harus lebih dari 200 ekor karena nilainya lebih tinggi. Kalau Jumat pertama tak dihitung karena tak ada nilainya,” ujar Sadi.

Sekitar satu jam berjalan, tikus tangkapan Sadi dihitung Kepala Desa Pengko Sugimin Cokro bersama Bupati dan hasilnya mendapat 35 ekor. Beberapa petani lain memeriksa tikus-tikus untuk mencari tikus betina. Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sragen Joko Sutejo mengambil satu ekor tikus yang mati dan memeriksa jenis kelamin tikus.

Wawali Positif Corona: Pejabat, Legislator, dan Wartawan Solo Tes Swab

“Ini hlo Bu. Kalau perempuan ada putingnya dan jumlahnya enam. Jadi perkembangbiakan tikus itu sudah luar biasa,” ujar Joko saat menunjukkan tikus betina kepada Bupati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya