SOLOPOS.COM - Penambang terlihat nekat mengeruk tebing Kali Woro di sekitar Dam karangbutan, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Senin (4/3/2014). Penambangan pasir yang terbilang nekat tersebut membuat Bupati Klaten, Sunarna, yang melakukan sidak ke lokasi itu, berang. (Shoqib Angriawan /JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Maraknya penambangan liar di wilayah Kali Woro, Kemalang, Klaten, bisa meningkatkan risiko banjir lahar hujan. Tidak teraturnya penambang menyebabkan sulit menentukan daerah aliran sungai tersebut.

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, Joko Rukminto, saat rapat koordinasi antisipasi banjir lahar hujan di Mapolres Klaten, Rabu (5/3/2014). Menurutnya, perlu dilakukan tindakan tegas bagi para penambang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Maraknya penambang liar terutama di wilayah KRB [kawasan rawan bencana] akan meningkatkan risiko bencana banjir lahar hujan. Pengawasan untuk galian C yang perlu ditingkatkan agar tidak memperlebar dan menjadikan potensi bencana tambahan yang berakibat ke masyarakat,” katanya.

Di Kemalang, lanjut dia, tebing dengan ketinggian sekitar 50-80 meter kini berkurang ketinggiannya karena sering dikeruk. Bahkan, di wilayah Kecamatan Manisrenggo, ketinggian tebing tinggal 2 meter dengan sedimentasi 1 meter.

Selain itu, Joko menambahkan penambangan liar tersebut bisa menghambat jalur evakuasi sehingga akan membahayakan masyarakat saat terjadi lahar hujan. Menurutnya, jalur evakuasi itu kini semakin rusak karena truk yang melalui jalur tersebut mayoritas overload saat membawa muatan. “Jadi, solusinya bukan meningkatkan kelas jalan, tetapi harus dilakukan taat hukum. Kalau perlu ada peningkatan operasi dan tindakan tegas untuk penambangan tersebut,” imbuhnya.

Kepala Harian BPBD Klaten, Sri Winoto, menambahkan evakuasi akan terganggu karena penambangan liar berdampak pada rusaknya jalur evakuasi Merapi. “Bila terjadi erupsi, proses evakuasi akan terhambat jalur yang rusak. Lubang-lubang itu bisa membahayakan armada evakuasi yang mengangkut warga. Apalagi bila proses evakuasi dilakukan pada malam hari di jalan yang menurun dan penuh lubang,” katanya kepada wartawan, Rabu (5/3/2014).

Ada tiga titik jalur evakuasi Merapi yakni jalur barat Balerante-Panggang-Bawukan-Kepurun Kebondalem Lor. Jalur tengah yakni Sidorejo-Bumiharjo-Dompol-Keputra-Somokaton-Menden. Sedangkan jalur timur yakni Tegalmulyo-Tlogowatu-Tangkil-Kebonarum. Ketiga jalur tersebut yang panjangnya sekitar 30 kilometer rusak parah dan berlubang.

Sementara itu terkait perizinan tambang, Camat Kemalang, Bambang Haryoko, mengatakan dari sekian banyak pengusaha tambang di wilayah Kemalang, hanya tiga yang menyatakan telah memiliki izin tambang. Namun, pihaknya tidak pernah menerima tembusan untuk bukti izin tersebut.

“Dari banyaknya pengusaha tambang yang ada di wilayah Kemalang. Hanya ada tiga pengusaha yang menyatakan sudah memiliki izin. Tapi, sampai saat ini, kami juga tidak mendapat tembusan izin tersebut. Saya pernah berupanya meminta salinannya, tetapi tidak boleh,” katanya saat rapat koordinasi.

Ia juga menyatakan penambangan liar itu menjadi masalah apalagi wilayah itu masuk dalam KRB. Terutama di wilayah Kepurun dan 90% truk pasir membawa muatan melebihi batas.
Kepala Desa Sidorejo, Jemakir, juga mengatakan hal serupa. Ia juga tidak pernah mendapat salinan bukti perizinan dari pengusaha tambang. “Sampai saat ini kami juga tidak ditembusi surat izin. Kami minta suratnya juga dipersulit karena ga bisa,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya