SOLOPOS.COM - TPA PUTRI CEMPO -- Aktivitas keseharian di TPA Putri Cempo, Solo. Rencana pelelangan proyek pengelolaan TPA ini harus kembali ke tahap awal akibat dokumen lelang yang dinbilai tak layak. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Solopos.com, SOLO — Pemkot Solo bakal memberi subsidi pakan bagi penggembala sapi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo. Langkah itu diambil seiring rencana Pemkot memanfaatkan lahan TPA dengan teknologi insinerator (pengubah sampah menjadi energi listrik).

Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, mengatakan pemberian subsidi pakan berupa rumput menjadi solusi logis bagi para penggembala sapi. Pasalnya, selama ini ternak tersebut mengonsumsi sampah yang menumpuk di TPA. Sementara teknologi insinerator mengharuskan wilayah Putri Cempo steril dari kegiatan penggembalaan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Selama masa transisi, kami akan memberi subsidi pakan. Minimal tiga bulan,” ujarnya kepada wartawan di Loji Gandrung, Sabtu (30/11/2013).

Selain mendukung pengelolaan sampah, Wali Kota menilai upaya tersebut selaras dengan sisi kesehatan. Rudy menyebut ratusan sapi yang digembalakan di TPA tidak sehat karena memakan sampah dengan kadar berlebih. “Sapi-sapi itu mengandung kadar timbal tinggi yang tidak aman dikonsumsi,” tuturnya.

Dari penelitian Dinas Pertanian (Dispertan) Solo, beberapa organ dalam sapi Putri Cempo seperti daging, ginjal, usus, dan hati telah terkontaminasi timbal sebesar 4,6 part per million (ppm). Padahal, ambang batas aman kadar timbal pada daging yakni 2,0 ppm.

Asisten Ekonomi Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat Setda Pemkot, Eny Tyasni Suzana, menyatakan dampak sosial lingkungan Putri Cempo dengan insinerator telah dijabarkan dalam feasibility study (FS). Menurut Eny, FS yang disusun Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) itu salah satunya merekomendasi sterilisasi lahan dari penggembalaan.

“Kami paham sapi itu untuk tabungan masyarakat. Namun kalau dibiarkan terus, sapi itu tidak aman [dikonsumsi].”

Pihaknya berkomitmen terus mengedukasi warga ihwal bahaya perilaku tersebut. Di sisi lain, Pemkot ikut memikirkan solusi kelanjutan penggembalaan sapi ke depan. Menurut Eny, teknologi insinerator memungkinkan pengurangan tumpukan sampah 160 ton per harinya.

Dengan begitu, sejumlah lahan yang kini tertumpuk sampah bakal menjadi lahan kosong beberapa tahun mendatang. “Lahan ini pelan-pelan bisa diolah untuk menanam rumput bagi sapi warga,” ujarnya.

Sementara, Kepala Dispertan, Weni Ekayanti, mengatakan pada dasarnya sapi di Putri Cempo bisa aman dikonsumsi meski memakan sampah. Namun, sapi tersebut harus dikarantina selama enam bulan sebelum disembelih. “Dikarantina berarti tidak digembalakan di TPA dan diberi makanan yang sehat. Sayangnya tidak semua pemilik sapi mau untuk itu,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya