SOLOPOS.COM - Ilustrasi teroris (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SRAGEN — Salah satu tersangka diduga aksi teror membuat bom asap di Taman Monumen 45 Banjarsari kota Surakarta, Erasmus Ardian Jati Nugroho, 29, sudah tidak tinggal di Mojokulon RT 001/007, Sragen Kulon, Sragen sejak 2011/2012.

Erasmus ditangkap bersama satu temannya Rival Dwi Widyantoni Nofa, 19, Rabu, (6/11/2013) sekitar pukul 01.30 WIB dini hari. Saat penangkapan terungkap Erasmus warga Mojokulon RT 001/007 Sragen Kulon. Namun hal itu disangkal Ketua RT 001, Sugiyanto, saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Kamis (7/11/2013).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sugiyanto menceritakan belum pernah bertemu Erasmus selama tinggal di Mojokulon. Terlebih menurut dia, Erasmus bukan warga asli Sragen. Namun Sugiyanto membenarkan apabila Erasmus memiliki KTP Sragen. Hal itu karena mantan istri Erasmus tercatat sebagai warga Sragen, TH Pratiwi Damayanti, 33. Sehingga Sugiyanto memastikan Erasmus hanya tercatat sebagai warga Sragen secara administrasi tetapi tidak pernah menetap di alamat tersebut.

“Hanya administrasi di sini (Mojokulon). Punya KK dan KTP yang mengurus keluarga mantan istri. Saya belum pernah kenal dan belum tahu orangnya. Saya hanya tahu dari KTP. Ya kaget karena sejak menikah tidak domisili di sini. Hidup di Solo. Di sini hanya rumah mertua dan hanya transit,” kata Sugiyanto.

Hal senada disampaikan Paman Pratiwi, Wahyono, saat ditemui Solopos.com di rumah orang tua Pratiwi. Di rumah itu, tinggal ibu Pratiwi, Hartati, Paman dan Bibi Pratiwi. Wahyono secara tegas menyatakan Erasmus sudah bukan berstatus suami Pratiwi sejak empat bulan lalu. Pasangan suami istri itu bercerai setelah menikah pada 2009. Hasil pernikahan dikaruniai satu anak.

Wahyono menuturkan lelaki yang pernah bekerja di dealer itu termasuk pribadi tertutup dan tidak banyak bicara meskipun dengan keluarga. Dia pun mengaku melihat Erasmus kali pertama saat pesta pernikahan digelar di rumah. Meski demikian, dia tidak menyangka apabila mantan suami keponakannya terlibat kasus dugaan teror di Solo.

“Sempat pindah di sini tetapi tidak lama. Dia pendiam, enggak banyak mengobrol. Sejak 2011/2012 tidak tinggal di sini. Dia enggak menetap, jadi saya enggak tahu. Dahulu ke sini karena menitipkan anak. Sejak bercerai, kedua orang itu pindah ke Solo,” jelas Wahyono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya