Surabaya--Meski remaja usia antara 15-16 tahun relatif sudah dapat membaca, namun tingkat buta huruf masyarakat di Indonesia masih tinggi. 4,37 persen dari jumlah penduduk Indonesia masih ada masyarakat yang belum bisa membaca.
“Yang masih banyak buta huruf itu masyarakat dewasa, mbah-mbah (nenek-nenek) atau di atas 65 tahun,” kata Mendiknas M Nuh kepada wartawan di sela-sela peresmian TBM RSI A Yani, Wonokromo, Minggu (12/12).
Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan
Nuh menjelaskan, anak usia 15-16 tahun relatif tidak ada yang buta huruf. Namun, pemerintah terus berupaya, agar masyarakat dapat membaca dan memahami makna kalimat-kalimat yang dibacanya.
“Membaca yang faham tentang apa yang dibaca dan bisa dirangkai kata per kata, kalimat per kalimat menjadi pengertian dan pengetahuan, itu yang kita genjot,” ungkapnya.
Menurutnya, buta huruf dapat dipilah-pilah, misalnya usia 65 tahun ke atas. Mengajar membaca bagi usia lanjut usia (lansia) agak susah dibandingkan dengan usia muda.
“Yang kita garap yang muda-muda, agar jangan sampai buta huruf. Kalau mbah-mbah buta huruf karena memang sejak dulu sudah buta huruf,” tuturnya.
Meskipun agak susah mengajar lansia buta huruf, pemerintah tetap memberantas buta huruf di semua umur.
“Mengajar mbah-mbah kan agak susah, tapi bukan berarti kita tidak mengajar. Misalnya, pemberantasan buta huruf bagi yang sudah tua dengan keterampilan memasak. Seperti ini garam sambil menunjukkan bungkusan yang ada tulisannya garam,” tandas mantan Rektor ITS ini.
dtc/tiw