SOLOPOS.COM - Ilustrasi batuk akibat TBC. (Freepik.com)

Solopos.com, BOYOLALI–Selama Januari hingga Agustus 2022, Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali telah menemukan 430 kasus Tuberkulosis (TBC).

Dinkes Boyolali menargetkan, pada 2022 akan menemukan target sesuai estimasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yaitu sekitar 2.000-an kasus di Boyolali.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Boyolali, Teguh Tri Kuncoro, mengatakan pada 2021 terdapat penemuan 523 kasus TBC. Ia berharap pada 2022 dapat lebih banyak kasus TBC yang ditemukan di masyarakat.

“Bukan kenaikan kasus, tapi kenaikan penemuan kasus. Ini berbeda, kalau penemuan kasus naik, berarti semakin banyak masyarakat yang menderita TBC dapat tertangani,” harap dia saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (26/9/2022).

Ekspedisi Mudik 2024

Ia mengatakan dalam data kasus TBC 2022, Kecamatan Andong menemukan kasus baru TBC terbanyak dibandingkan kecamatan lainnya di Boyolali. Teguh mengungkapkan terdapat 30 kasus TBC baru di Kecamatan Andong.

Ia mengatakan dari sisi surveilans, penemuan kasus terbanyak adalah sebuah prestasi karena semakin banyak masyarakat yang terdeteksi.

“Jangan kesannya itu kecamatan terbanyak ada TBC, bukan. Itu penemuan kasus terbanyak. Ini tentang keaktifan deteksi. Justru kami dari surveilans menganggap itu sebagai prestasi. Jadi, kasus TBC bisa semakin cepat ditangani,” jelasnya.

Untuk meningkatkan penemuan kasus TBC di Boyolali, Teguh menuturkan Dinkes Boyolali mulai mengembangkan program District Public Private Mix, yaitu program yang menggandeng fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta untuk menangani TBC di Boyolali.

Ia mengungkapkan hal tersebut demi memudahkan pendataan kasus TBC, karena masyarakat tak hanya berobat ke fasilitas kesehatan pemerintah tapi juga ke klinik swasta ataupun dokter pribadi.

Lebih lanjut, Teguh mengatakan untuk diagnosis kasus TBC menggunakan alat Tes Cepat Molekuler (TCM).

“Kami di Boyolali baru ada tiga, di RSUD Pandan Arang, Puskesmas Karanggede, dan di RSUD Waras-Wiris. Sayangnya di RSUD Waras Wiris terjadi kerusakan karena pemakaian yang begitu masif, mungkin alatnya kelelahan. Kami sedang panggilkan teknisi dari pusat untuk perbaikan,” kata dia.

Setelah terdeteksi, Teguh mengatakan ada program tindak lanjut untuk pengobatan TBC. Timnya dari sisi penemuan kasus kemudian menyampaikan permasalahan ke program Dinkes yang lainnya seperti dokter spesialis masuk desa.

“Tindak lanjutnya kami sampaikan ke program dokter spesialis masuk desa. Kami dari sisi penemuan kasusnya,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti, mengatakan program dokter spesialis paru yang mendekatkan pelayanan ke masyarakat adalah sebuah gebrakan baru.

Ia mengatakan program baru ini menggandeng RUSD Pandan Arang dan dokter spesialis paru, dr. Yustinus Slamet Nugroho, Sp.P.

“Kita semua kan tahu penyakit paru itu penyakit yang sifatnya seperti gunung es. Kami mencari susah sekali, yang sakit merasa tidak sakit, atau yang sakit sudah terlanjur sakit sekali tapi kami enggak tahu,” kata dia.

Ia mengatakan penyakit TBC masih dianggap sebuah aib karena merupakan penyakit menular. Sehingga penderita merasa malu untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan seperti Puskesmas.

Dengan program dokter spesialis paru mendekat ke masyarakat, lanjut Puji, dapat mengetahui kondisi lingkungan dari pasien TBC seperti kondisi sanitasi.

“Kalau yang datang dokter spesialis kan pasien merasa begitu diperhatikan. Setelah itu, paling tidak bisa berkomunikasi, kemudian dokter Nugroho menyediakan diri untuk akses cepat dan konsultasi langsung. Itu kan luar biasa sekali,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya