SOLOPOS.COM - PERCONTOHAN --

PERCONTOHAN -- Suasana di salah satu ruangan Taman Pendidikan Prasekolah (TPP) Al Firdaus Solo, yang menjadi wakil PAUD percontohan. Banyak PAUD di Jateng yang saat ini masih kurang layak, khususnya dari segi manajemen kurikulum dan fasilitas. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Solo (Solopos.com) – Ketua Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Jateng, Nila Kusumaningtyas, menilai 40% Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Jawa Tengah belum layak, baik dari segi penyusunan kurikulum maupun kelengkapan fasilitas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada kegiatan pendidikan dan pelatihan (Diklat) pengelolaan layanan PAUD yang digelar di Restoran Ramayana, Selasa (29/11/2011), dia mengatakan dari 8.000 sekolah yang berada di Jateng, 40% di antaranya masih kurang layak. Menurutnya hal tersebut terjadi lantaran pengelola belum mengetahui apa saja yang dibutuhkan untuk membimbing anak usia dini. Misalnya saja terkait konsep integrated learning atau pembelajaran terpadu untuk pendidikan anak mulai dari usia nol hingga enam tahun, sejumlah sekolah masih memisahkan pendidikan mulai dari kelompok bermain maupun PAUD.

“Kebanyakan satu yayasan mendirikan kelompok bermain (KB) dan PAUD secara terpisah, seharusnya keduanya bisa digabungkan,” jelas dia.

Konsep pendidikan terpadu ini dipilih agar sekolah memiliki satu program yang berkelanjutan. Dia mengatakan, saat ini kebutuhan tersebut belum tercapai, masing-masing lembaga KB dan PAUD yang bernaung dalam satu yayasan masih memiliki program yang terpisah. Menurutnya, mereka yang bernaung dalam satu yayasan dapat menyelenggarakan beberapa layanan pendidikan sekaligus seperti KB dan PAUD.

“Jangan sampai anak-anak lebih nyaman bermain di kelompok bermainnya dibandingkan ketika mereka melanjutkan pendidikan di TK,” jelas dia.

Kesulitan yang dihadapi dilapangan, pengelola PAUD mengaku kebingungan saat menyusun materi kurikulum sekolah. Menurut Asesor Madya Badan Akreditasi Nasional (BAN) Pendidikan, Galuh Imam, terkait penyusunan kurikulum pihak sekolah diberikan kewenangan untuk menyusun konsep sesuai dengan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki. Lebih lanjut dia mengatakan sesuai dengan Permendiknas No 28/2009 Tentang PAUD, pendidikan berbasis kelokalan dinilai menjadi poin utama dalam pembelajaran disamping materi yang mengasah kemampuan kognitif maupun afektif.

“Mereka kebanyakan masih bingung, padahal tema yang dikembangkan sangat luas,” jelasnya.

Karena pengembangan PAUD tergantung pada kompetensi SDM, mereka yang menjadi tenaga pendidik harus mengikuti pelatihan kependidikan PAUD. Sementara pengelola sekolah harus mengikuti pelatihan yang mampu meningkatkan mutu dan kualitas pendidik. “Banyak hal yang bisa digali dari materi pendidikan tersebut, pengelola maupun pendidik harus kreatif,” jelas dia.

das

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya