SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, KLATEN — Empat warga Klaten meninggal dunia akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD) sepanjang Januari-April 2019. Jumlah kasus DBD di Kabupaten Bersinar pada periode ini mencapai 117 kasus.

Jumlah tersebut setara dengan hampir enam kali lipat jumlah kasus DBD yang terjadi di Klaten sepanjang 2018. Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, jumlah kasus DBD di Klaten pada 2018 ada 20 kasus.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari jumlah tersebut, seorang warga meninggal dunia. Jumlah kasus itu meningkat signifikan selama Januari 2019-April 2019, yakni 117 kasus. Kasus tersebut tersebar di seluruh kecamatan.

Jumlah korban meninggal dunia karena DBD hingga akhir April 2019 sudah ada empat orang. Jumlah kasus DBD pada 2019 masih berpotensi bertambah di waktu mendatang.

Pada 2018 terdapat empat daerah endemis DBD. Masing-masing Tlogorandu (Juwiring), Danguran (Klaten Selatan), Janti (Polanharjo), Tlogo (Prambanan). Dari empat daerah tersebut, satu-satunya kawasan yang sudah pasti tergolong endemis DBD pada 2019, yakni Tlogorandu (Juwiring).

Alasannya, di Tlogorandu ada kasus DBD pada 2019. “Berbagai upaya sebenarnya sudah dilakukan, seperti penyuluhan ke desa, sekolah, posyandu, dan elemen masyarakat lainnya,” kata Kepala Seksi (Kasi) Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, Wahyuning Nugraheni, saat ditemui wartawan di kantornya, Senin (6/5/2019).

Wahyuning Nugraheni mengatakan salah satu kunci mencegah kasus DBD, yakni rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Masyarakat diimbau meningkatkan kesadaran PSN di sekitar rumah.

“Kalau kebersihan di dalam rumah rata-rata sudah baik. Yang jadi persoalan itu peduli terhadap kondisi di lingkungan sekitar [di luar rumah]. Misalnya ada botol bekas atau ban bekas yang mengakibatkan adanya genangan sehingga memunculkan adanya jentik [berkembang menjadi nyamuk]. Saat ini kan masih ada hujan dan panas [pancaroba] sehingga saat cuaca panas, nyamuk cenderung cari tempat yang teduh [salah satunya di lingkungan rumah] ,” katanya.

Wahyuningsih Nugraheni mengatakan beberapa daerah di Kabupaten Bersinar sudah mengajukan pengasapan atau fogging. Hal itu seperti di Banyuripan (Bayat), Barukan (Manisrenggo), Pokak (Ceper), Sengon (Prambanan), Karangdukuh (Jogonalan), Srebegan (Ceper), Jambukulon (Ceper), Trunuh (Klaten Selatan).

“Yang perlu disadari, fogging itu hanya membasmi nyamuk. Sementara jentiknya masih [hidup]. Makanya, kesadaran masyarakat terhadap PSN itu perlu ditingkatkan,” jelas dia.

Hal senada dijelaskan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, Cahyono Widodo. Berbagai penyuluhan dan sosialisasi pentingnya menjaga kebersihan lingkungan terus dilakukan di berbagai daerah di Klaten. Hal itu termasuk mengerahkan juru pemantau jentik-jentik nyamuk (jumantik).

“Faktor cuaca memang sangat menentukan. Terlebih saat ini berlangsung musim pancaroba juga. Saat ini semua daerah di Klaten kami pantau tanpa terkecuali [termasuk daerah endemis],” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes), Cahyono Widodo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya