SOLOPOS.COM - Seorang bocah berlari sembari menarik layang-layang di dasar Waduk Gebyar yang mengering di Dukuh Bayut, Desa Jambeyan, Sambirejo, Sragen, Minggu (9/8/2020). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Sebanyak empat waduk di wilayah Sragen mengering pada musim kemarau, Agustus tahun ini. Waduk-waduk tersebut mengering karena tidak ada suplai air dari hulu sungai. Akibatnya ratusan hektare sawah yang ditanami padi terancam kekurangan air.

Keempat waduk itu adalah Waduk Gebyar di Desa Jambeyan, Sambirejo; Waduk Blimbing di Desa Blimbing, Sambirejo; Waduk Botok di Kecamatan kedawung, dan Waduk Brambang di Kecamatan Kedawung, Sragen.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Waduk Gebyar

Kondisi Waduk Gebyar yang terletak di Dukuh Bayut, Jambeyan, Sragen sudah mengering sejak Juni lalu. Rumput menghijau tumbuh di dasar waduk yang berupa cekungan tanah berkapasitas besar itu. Warga menggembalakan kambingnya di dasar waduk itu. Bahkan sejumlah bocah bermain laying-layang sambil berlari di dasar waduk yang kering itu.

Keributan di Mertodranan Bikin 3 Orang Terluka, Ini Penjelasan Lurah Pasar Kliwon Solo 

Mantri Waduk Gebyar, Nanang Ade Setyanto, saat dihubungi Solopos.com, Minggu (9/8/2020), menyampaikan elevasi air di waduk itu tinggal 315 cm. Sejak Kamis (9/6/2020) lalu, Nanang mengaku tidak mengeluarkan air dari waduk untuk pemeliharaan waduk. Waduk tersebut pada kondisi normal bisa mencukupi kebutuhan air lebih dari 1.000 hektare di Kecamatan Gondang dan Sambirejo, Sragen.

“Sekarang petani menggunakan sumur pantek atau sumur bor. Selain itu, petani juga masih memanfaatkan air dari sungai besar yang masih mengalir lumayan. Jumlah petani yang terdampak cukup banyak. Kalau dihitung dengan petani yang memanfaatkan sumur bor, maka jumlahnya bisa ribuan hektare,” jelas Nanang.

Ini Aktivitas Mbah Minto Klaten Setelah Jadi Jutawan 

Waduk Blimbing

Waduk Blimbing yang sempat digunakan lomba memancing pada Juli lalu, sekarang sudah mengering. Kepala Desa Blimbing, Sambirejo, Margono, menyampaikan waduk itu mengering belum lama ini. Waduk itu banyak dinikmati para petani di wilayah Desa Srimulyo, Gondang.

Dia mengatakan di wilayah Blimbing tidak mengalami dampak signifikan karena tidak ada lahan pertanian yang dialiri air dari waduk tersebut.

“Saya baru menjabat kades. Saya tidak bisa membandingkan kondisi waduk sekarang dengan kondisi di 2019,” katanya.

Cerita Warganet Kemekel Ingat Kosa Kata Nyeleneh Ala Wong Sragen 

Waduk Brambang dan Botok

Mantri Waduk Brambang, Kedawung, Sragen, Gunawan, menyampaikan Waduk Botok dan Brambang sudah mengering. Dia mengatakan untuk Waduk Brambang sudah dilaporkan mengering pada 1 Agustus lalu. Dia menjelaskan debit air dari Bendung Krikilan yang menyuplai air ke Waduk Brambang kecilm rata-rata 75-100 liter per detik.

Gunawan menyampaikan laporan petani yang minta izin tanam untuk musim tanam III sebanyak 180 patok atau 36 hektare. Dia menjelaskan tanaman padi itu bisa panen atau tidak belum diketahui. Gunawan bersama Paguyuban Petani Pemakai Air (P3A) sudah sosialisasi supaya pola tanam yang ditentukan pemerintah, padi-padi-palawija, ditaati.

Oalah… Ternyata Ini Penyebab 13 Rumah Warga Sragen “Pindah” ke Jatim 

“Rata-rata setiap patok ada 3.500 m2. Petani ya seperti itu maunya tanam padi terus. Yang penting seadanya air ya itu. Kalau untuk hulu Waduk Botok berasal dari Bendung Jetis yang dbeitnya 150-200 liter per detik. Kalau hektaran yang ditanami saya kurang tahu. Para petani tetap nekat tanam padi dengan mengandalkan sumur dalam. Mereka berspekulasi, yang penting tanam siapa tahu bisa panen. Ya, mudah-mudahan mereka tetap bisa panen,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya