SOLOPOS.COM - Camat Selogiri, Bambang Haryanto melihat kondisi buah melon yang ditanam warga Singodutan. Tanaman melon bisa dijadikan tanaman selingan di musim tanam padi. Foto diambil, akhir pekan lalu. (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Camat Selogiri, Bambang Haryanto melihat kondisi buah melon yang ditanam warga Singodutan. Tanaman melon bisa dijadikan tanaman selingan di musim tanam padi. Foto diambil, akhir pekan lalu. (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Wonogiri  (Solopos.com)–Kondisi air di empat waduk yang ada di Kecamatan Selogiri, Wonogiri  saat musim kemarau ini telah menyusut. Volume air waduk yang ada saat ini hanya cukup untuk sekali musim tanam dengan luas cakupan antara tiga hektare hingga 152 hektare lahan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Empat waduk di Selogiri itu adalah Waduk Krisak, Waduk/Bendung Colo, Waduk Kepatihan dan Waduk Pakis di Desa Kepatihan. Pernyataan itu disampaikan Camat Selogiri, Bambang Haryanto saat ditemui Espos di ruang kerjanya, Rabu (10/8/2011).

Menurut Bambang, ketinggian air Waduk Krisak tinggal 9,5 m3 namun tinggi sedimentasi mencapai 5 m sehingga volume air tinggal 4,5 m3. “Kandungan air Waduk Krisak hanya cukup untuk mengairi lahan persawahan seluas 52 hektare (ha) dan lahan palawija seluas 152 ha. Tanaman padi pun hanya wilayah Singodutan dan Kaliancar tidak bisa mengalir ke dataran yang lebih rendah lagi. Sedang tanaman palawija yang tercukupi air dari Waduk Krisak hanya di Desa Singodutan, Kaliancar dan Gemantar.”

Waduk atau Bendung Colo, jelas mantan Camat Puhpelem ini, ketinggian air tinggal 6 m3/detik. “Per 1 Oktober, Bendung Colo akan ditutup untuk perawatan. Penutupan itu sudah agenda rutin tahunan sehingga kandungan air saat ini hanya mencukupi kebutuhan air di lahan persawahan seluas 130 ha dan lahan palawija seluas 152 ha.”

Lebih lanjut dijelaskan oleh mantan Camat Slogohimo, ketinggian air di Waduk Kepatihan dan Waduk Pakis jauh lebih sedikit dibanding Waduk Krisak dan Colo. Menurutnya, air dari Waduk Kepatihan hanya cukup untuk mengaliri lahan persawahan seluas 6 ha dan lahan palawija seluas 8 ha sedangkan Waduk Pakis hanya mampu mengaliri 3 ha lahan sawah dan 20 ha lahan palawija.  “Lahan yang terkena oncoran air Waduk Pakis dan Kepatihan hanya di Desa Kepatihan.”

Dia berharap, masyarakat tidak menuruti kemauan sendiri agar tidak boros. Dicontohkannya, tiga kali melakukan penyebaran benih padi, petani Selogiri selalu gagal panen. “Biaya yang dikeluarkan sudah cukup tinggi, jika MT III ini nekat menanam padi, jangan menyalahkan pemerintah karena kandungan air di waduk sudah berkurang.”

Ketua Gapoktan Dewi Sri, Selogiri, H Mardjuni mengatakan, Selogiri menjadi daerah ketercukupan air. “Karena cukup air, petani terlena sehingga tiga kali musim tanam menanam padi. Kami berharap, pola pikir petani berubah. Petani mau menanam palawija, seperti jagung ataupun tanaman lain. Kami berencana MT II ditanam palawija.”

(tus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya