SOLOPOS.COM - Ilustrasi pelajar SMA/SMK. (freepik)

Solopos.com, SOLO—Dua SMAN negeri di Solo menerapkan program satuan kredit semester atau SKS. Tujuannya memberikan layanan kepada siswa yang pada dasarnya memiliki kemampuan berbeda-beda.

Kepala SMAN 3 Solo, Agung Wijayanto, mengatakan SMAN 3 sudah menerapkan SKS sejak 2016. Menurut dia, program tersebut diterapkan untuk memberikan pelayanan belajar siswa agar bisa belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“SKS ini sendiri kan kita mengacu pada regulasi yang sudah ada. Jadi program ini kan sifatnya layanan, kita melayani siswa yang belajar cepat, normal, lambat semuanya terlayani. Jadi intinya ada diferensiasi,” ujar dia ketika ditemui Solopos.com di kantornya, Rabu (29/3/2023).

Dia mengatakan diferensiasi atau pembeda yang dimaksud ada pada pelayanan belajar cepat, normal, dan lambat. Dia menambahkan layanan cepat melalui program SKS ini akan memungkinkan siswa lulus selama dua tahun.

“Selama siswa itu memiliki potensi didukung dengan kemampuan intelegensi, siswanya berkomitmen, orang tua mendukung, ya siswa bisa diproyeksi selesai dua tahun,” lanjut dia.

Namun, tidak kemungkinan bagi siswa yang memiliki hambatan dalam proses belajar, akan menempuh pendidikan selama tiga tahun, meski awalnya diproyeksikan selesai dalam dua tahun. “Tidak masalah sih, karena ini kan sifatnya layanan untuk belajar,” ujar dia.

Dia mengatakan konsekuensi dari layanan program SKS itu ada percepatan. Dia enyatakan program tersebut berbeda dengan akselerasi. “Seolah-olah percepatan ya, dan itu secara regulasi memang memungkinkan,” lanjut dia. 

Agung mengatakan untuk program SKS di SMAN 3 Solo berlaku untuk seluruh siswa, tidak ada kelas khusus. Dia menyebut sejak awal memang sekolah sudah memberikan pemahaman kepada orang tua dan siswa.

“Siswa masuk kita informasikan di sini layanan SKS, kemudian kita ada tes salah satunya intelegensi, dari situ kita punya peta oh ini potensi. Lalu yang kedua dari dasar nilai SMP amat baik,” jelas dia. 

Dari dasar tes intelegensi yang mengukur kecerdasan siswa dan nilai SMP, Agung mengatakan di pertengahan semester satu siswa akan menjalani asesmen. Setelahnya siswa akan ditawarkan mengikuti percepatan belajar.

“Kita kasih informasi, ini [siswa] berpotensi selesai dua tahun, dan kita tawarkan pada siswa, tapi juga harus dukungan orang tua, kalau sudah [bersedia] kita laksanakan. Lalu terkait kelas kita saat ini memang homogen, biar pengelolaanya lebih mudah,” tambah dia.

Sekolah lain yang juga menerapkan program SKS yakni SMAN 1 Solo. Saat ini program tersebut sudah berlangsung dua tahun. Kepala SMAN 1 Solo, Yusmar Setyobudi, mengatakan program SKS hanya diterapkan pada siswa tertentu.

“Yang jelaskan aturannya itu kan harus ada tes psikotes yang mana harus minimal IQ 130 dan berdasar nilai yang harus amat baik, itu diseleksi, dari sekian akhirnya kita bisa menerima satu kelas atau satu rombel,” lanjut dia ketika ditemui di kantornya, Rabu.

Dia mengatakan sebelumnya ada penawaran terlebih dahulu kepada orang tua. Menurut dia, orang tua perlu mendukung anaknya untuk ikut program SKS yang diproyeksikan selesai dalam dua tahun.

“Tetapi untuk tahun ini moratorium dari pemerintah itu kita tidak melaksanakan dua tahun lulus, untuk sementara, akhirnya tetep tiga tahun dengan program SKS. Jadi yang sekarang kelas 10 tetep tiga tahun,” lanjut dia.

Sementara, Kepala Seksi SMA/SLB Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII Jawa Tengah, Edi Purwanto, mengatakan memang ada beberapa SMA yang menerapkan program SKS. “Ada empat kalau di Solo, ada SMAN 1, SMAN 3, SMAN 4, dan SMAN 6,” kata dia melalui pesan WhatsApp, Rabu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya