SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, BANTEN — Empat peneliti tsunami asal Inggris memprediksi,  tsunami atau amukan gelombang laut tersebut masih akan melanda Indonesia, setelah memorakporandakan Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12/2018) akhir pekan lalu.

Perkiraan itu disampaikan sehari setelah lebih dari 200 orang tewas oleh gelombang tsunami di Selat Sunda , yang dipicu oleh letusan Gunung Anak Krakatau (GAK).

Promosi Kisah Inspiratif Ibru, Desa BRILian Paling Inovatif dan Digitalisasi Terbaik

Suara.com,  Senin (24/12/2018), menyebutkan Richard Teeuw, peneliti tsunami dari University of Portsmouth Inggris, mengatakan jika aktivitas vulkanik GAK berlanjut, kemungkinan adanya tsunami lain tidak dapat diabaikan.

“Kemungkinan, tsunami lebih lanjut di Selat Sunda akan tetap ada ketika gunung berapi Anak Krakatau sedang melalui fase aktif saat ini. Karena itu, mungkin akan memicu tanah longsor lebih lanjut,” kata Teeuw, dikutip dari Channel News Asia.

Jacques-Marie Bardintzeff, peneliti tsunami lainnya dari University of Paris-South juga memperingatkan masyarakat untuk waspada karena gunung berapi sedang tidak stabil.

Menurut dia, survei sonar sekarang diperlukan untuk memetakan dasar laut di sekitar gunung berapi. “Tapi, sayangnya survei kapal selam biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk diorganisasi dan dilaksanakan,” ujar Bardintzeff.

“Tsunami dahsyat yang disebabkan oleh letusan gunung berapi jarang terjadi. Salah satu yang paling terkenal (dan mematikan) disebabkan oleh letusan Krakatau pada 1883,” kata dia.

Ia menambahkan, Gunung Anak Krakatau telah aktif sejak Juni 2018. David Rothery dari Open University di Inggris menjelaskan, tsunami yang melanda pesisir selatan Sumatra dan Jawa barat tampaknya disebabkan oleh keruntuhan bawah air dari GAK.

Anak Krakatau adalah pulau baru yang muncul sekitar 1928 di kawah yang ditinggalkan oleh Gunung Krakatau. Gunung Krakatau meletus pada 1883 yang letusan besarnya menewaskan sedikitnya 36.000 orang.

Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda antara Pulau Jawa dan Sumatra, dekat dengan zona padat penduduk. “Ombak semacam itu sarat dengan puing, dapat mematikan bagi masyarakat pesisir, terutama jika tidak ada peringatan,” tutur Teeuw.

Simon Boxall dari Southampton University menambahkan, wilayah itu juga berada dalam gelombang musim semi. Menurut dia, akan terlihat gelombang menghantam beberapa wilayah pantai pada titik tertinggi dan memperburuk kerusakan yang terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya