SOLOPOS.COM - Polisi berjaga di depan rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Pol. Ferdy Sambo pascaperistiwa baku tembak dua ajudannya di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, Selasa (12/7/2022). (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc)

Solopos.com, JAKARTA — Pihak keluarga menemukan sejumlah kejanggalan dalam peristiwa tewasnya Brigadir Nopryansah Josua Hutabarat alias Brigadir J, yang tewas akibat baku tembak dengan ajudan Bharada E, Kadiv Propam Polri Irjen Pol. Ferdy pada Jumat (8/7/2022) lalu.

Berikut rangkuman kejanggalan versi keluarga Brigadir J seperti dikutip Solopos.com dari kanal Youtube CNNIndonesia, Selasa (12/7/2022) malam.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

1. Luka pada Jenazah

Pihak keluarga menemukan ada sejumlah luka yang dirasa janggal karena versi Polri Brigadir J meninggal akibat baku tembak dengan juniornya, Bharada E di kediaman Kadiv Propam Polri.

“Terdapat luka di jari manis tangan kiri. Dari luka tersebut terus keluar darah segar. Katanya baku tembak tapi bagian perut membiru dan memar. Kemudian jari kiri patah, ada luka di jari kelingking. Terus di kaki kanan ada luka seperti bekas sayatan benda tajam. Mata sebelah kanan ada luka sayatan, di hidung dan bibir ada luka dan bekas jahitan. Lalu kondisi gigi tidak rapi padahal setahu kami anak kami ini giginya paling rapi,” ujar bibi Brigadir J, Rohani Simanjuntak.

Baca Juga: Keluarga Tak Terima Tudingan Brigadir J Lecehkan Istri Kadiv Propa

2. Tidak ada CCTV

Pihak keluarga Brigadir J merasa janggal karena tidak ada CCTV di lokasi penembakan. Menurut mereka, biasanya rumah yang dihuni seorang jenderal pengamanannya sangat ketat.

“Buka CCTV-nya. Usut tuntas! Itu rumah jenderal bintang dua lho. Rumah jenderal itu pengamanannya tinggi, pasti ada CCTV-nya. Tapi katanya tidak ada. Kok aneh,” kecam ayah Brigadir J, Samuel Hutabarat.

“Buka CCTV-nya, masak rumah jenderal tidak ada CCTV-nya. Kalau tidak mau dibuka, berarti ada yang ditutup-tutupi,” sambung Rohani.

3. HP Hilang

Pihak keluarga mengklaim mendiang Brigadir J mempunyai tiga buah handphone. Setelah kejadian baku tembak itu, pihak keluarga tidak mendapat informasi tentang alat komunikasi tersebut.

“Anak kami ada tiga HP, ke mana kok tidak ada? Di situ semua bukti ada,” sesal Rohani Simanjuntak.

4. Bharada E Tidak Terluka

Ayah Brigadir Josua, Samuel Hutabarat menyebut ada kejanggalan dalam peristiwa kematian anaknya di rumah dinas Kadiv Propam.

“Katanya anak saya yang pertama kali menembak. Ada yang kena? Tidak katanya. Kok aneh. Katanya Bharada E bisa menghindar dari jarak lima sampai tujuh meter. Kok hebat, bisa menghindari peluru,” katanya.

Hingga saat ini keberadaan dan sosok Bharada E masih misterius. Sosoknya belum pernah ditampilkan ke publik oleh polisi.

Baca Juga: Brigadir J Lecehkan Istri Kadiv Propam? Keluarga: Dia Tak Sebejat Itu

Versi polisi, tindakan Bharada E menembak mati Brigadir J dipicu tindakan J yang melecehkan istri Kadiv Propam.

Brigadir J tewas tertembus tujuh peluru yang keluar dari pistol Bharada E yang merupakan ajudan Kadiv Propam.

Baca Juga: Dipimpin Wakapolri, Tim Gabungan Usut Kasus Adu Tembak Dua Polisi

Kapolri telah membentuk tim gabungan khusus yang dipimpin oleh Wakapolri bersama Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum), Kabaresrim, Kabaintelkam, Asisten Kapolri bidang SDM, lalu melibatkan fungsi dari Provost dan Paminal.

Baca Juga: Bharada E, Penembak Brigadir J Ternyata Pelatih Menembak Brimob

Tim ini juga melibatkan mitra eksternal Polri, yakni Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dan Komnas HAM.

Desakan untuk mencopot Kadiv Propam Irjen Pol. Ferdy Sambo disampaikan oleh Indonesia Police Watch (IPW) agar memperoleh kejelasan motif dari penembakan yang terjadi di antara ajudannya.

Baca Juga: Kasus Saling Tembak Polisi Aneh, Kapolri Diminta Transparan ke Publik

Senada dengan IPW, pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto berpandangan bahwa peristiwa terjadi di kediaman Kadiv Propam Polri dan korban sebagai ajudannya sehingga sulit untuk menghindari asumsi-asumsi negatif yang muncul di tengah masyarakat apabila Irjen Pol. Ferdy Sambo masih menjabat.

“Karena akan diragukan obektivitasnya, Kapolri harus segera mengambil langkah yang tegas dan jelas terkait hal ini dengan menonaktifkan Irjen Pol. Sambo sebagai Kadiv Propam,” kata Rukminto.

Baca Juga: Presiden Minta Saling Tembak Polisi Berujung Maut Diusut Tuntas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya