SOLOPOS.COM - Pemberian kenang-kenangan dari Yayasan Gema Salam kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Solo dalam acara Sosialisasi Yayasan Gema Salam di Pendapa Rumah Dinas Loji Gandrung, Rabu (29/12/2021) siang. (Solopos/Mariyana Ricky P.D.)

Solopos.com, SOLO — Sebanyak 35 suami istri eks narapidana kasus terorisme atau napiter diundang ke Rumah Dinas Wali Kota Solo Loji Gandrung, Rabu (29/12/2021). Mereka mengikuti sosialisasi dan edukasi yang digelar Yayasan Gema Salam di Pendapa Loji Gandrung.

Para suami-istri eks napiter itu juga mendapat pengenalan tentang Yayasan Gema Salam dan sosialisasi empat pilar kebangsaan. Pembina Yayasan Gema Salam, Awod, mengatakan sosialisasi merupakan bagian dari program deradikalisasi eks narapidana terorisme.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Tidak ada kata-kata eks napiter di sini, kami menyebutnya mitra Gema Salam untuk mengenalkan yayasan supaya tidak ada kesalahpahaman tentang yayasan. Kami bergerak di bidang edukasi eks napiter, kemudian mereka yang rentan terpapar ideologi terorisme,” katanya kepada wartawan seusai acara di Solo.

Baca Juga: Soal Bonus untuk Pemain Persis Solo, Gibran: Minta Manajemen, Sugih Kok

Ekspedisi Mudik 2024

Awod menyampaikan yayasannya juga siap membantu eks napiter reintegrasi ke masyarakat serta memperbaiki perekonomian mereka. Setiap bulan tak sedikit napiter yang selesai menjalani hukuman atau mendapatkan pembebasan bersyarat.

Yayasan Gema Salam berupaya mengajak mereka kembali ke masyarakat. Jamaknya yang mendapat pembebasan bersyarat terpantau oleh Balai Pemasyarakatan (Bapas), namun berbeda dengan yang bebas murni. “Mereka yang bebas murni ini lah yang kadang sulit kami dekati,” jelasnya.

Hingga akhir tahun ini, di Jawa Tengah terdata sekitar 490 eks napiter, di mana 376 orang di antaranya bertempat tinggal itu Soloraya. Sebanyak 290 dari angka itu adalah warga Solo dan Sukoharjo.

Baca Juga: Baru Lahir, 2 Anak Owa Jadi Daya Tarik Pengunjung Jurug Solo Zoo

Status Kependudukan

“Banyak di antara mereka yang status kependudukannya jadi tidak jelas. Makanya, kami membantu mereka mengurus itu. Bulan ini saja ada tiga eks napiter yang mendapatkan pembebasan bersyarat,” ungkap Awod.

Terkait dukungan pemerintah daerah, Awod menilai Pemkot Solo sudah intens berkoordinasi dan mendukung kegiatan Yayasan Gema Salam dalam upaya deradikalisasi eks napiter. Bahkan, Pemkot sudah memberikan kantor sekretariat bersama.

Selain itu, sejumlah eks napiter juga diberikan lapak untuk usaha. Salah seorang eks napiter yang hadir di acara tersebut, Sumarno, mengaku Yayasan Gema Salam membantunya kembali bangkit setelah bebas bersyarat pada 2018 lalu.

Baca Juga: Harga Elpiji Nonsubsidi Naik Bikin Pemilik Pangkalan di Solo Khawatir

Warga asal Pedan, Klaten, itu dijerat pasal terorisme setelah terlibat pelemparan bom molotov di Candi Resto Sukoharjo pada 2016. Ia lantas membuka usaha kuliner gado-gado.

“Saya buka usaha enam bulan setelah bebas, ya karena baru bisa move on. Awal-awal memang ada penolakan dari masyarakat, namun ada pendampingan dari Bapas,” terang pria 48 tahun itu.

Ia mengaku terpapar ideologi ISIS lewat media sosial. “Ya, karena tidak pintar menyaring informasi. Waktu itu kan tidak tahu mana yang hoaks atau sebaliknya,” jelas Sumarno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya