SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sragen (Espos)--Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen langsung melakukan langkah tanggap darurat dengan melakukan survei ke lokasi dan memberikan bantuan Sembako dan uang tunai untuk kebutuhan darurat korban puting beliung.

Berdasarkan data di Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpol dan Linmas) Kabupaten Sragen, hingga Kamis (10/12) tercatat ada sebanyak 35 kasus bencana puting beliung yang menyebar di 15 kecamatan di Bumi Sukowati.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Sragen, Wangsit Sungkono kepada Espos, Kamis kemarin, mengungkapkan, setelah mendapatkan laporan adanya bencana alam di Kecamatan Plupuh dari pejabat kecamatan setempat, Kesbangpol dan Linmas bersama Dinas Sosial langsung meninjau lokasi kejadian dan memberikan bantuan berupa sembako dan uang tunai secukupnya sebagai upaya tanggap darurat.

“Setiap ada laporan bencana, kami langsung melakukan pengecekan dan memberikan bantuan darurat kepada korban. Seperti di Plupuh, bantuan diberikan berupa beras dan mi instan serta uang tunai yang besaranya disesuaikan dengan kondisi kerusakan rumah korban. Untuk dua rumah yang rusak runtuh diberikan santunan uang tunai senilai Rp 1 juta/rumah dan dua orang yang rusak ringan, karena tertimpa pohon trembersi diberikan bantuan senilai Rp 500.000/rumah,” tegas Wangsit.

Lebih lanjut Wangsit mengungkapkan, kondisi musim hujan yang masih pancaroba ini merupakan kondisi yang rawan terjadi bencana alam, terutama angin ribut alias puting beliung. Oleh karenanya sebagai langkah antisipatif, Wangsit mengimbau, agar masyarakat terus waspada. Jika terjadi hujan lebat dan ada tanda angin, kata dia, supaya listrik dimatikan dan bersiaga jika terjadi bencana mendadak.

Imbauan itu disampaikan Wangsit, karena berdasarkan hasil catatan Kesbangpol dan Linmas jumlah bencana angin ribut mencapai 35 kasus. Jumlah kasus tersebut sudah termasuk kasus terakhir yang menimpa Plupuh dan Sumberlawang.

Menurut dia, untuk bencana alam puting beliung ini sulit untuk dipetakan, karena kondisinya berbeda dengan bencana tanah longsor atau banjir. ”Bencana itu tidak bisa diperkirakan, karena sifatnya mendadak. Yang penting masyarakat harus terus siaga jika terjadi tanda-tanda perubahan alam dan cuaca,” pungkasnya.

trh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya