SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarang (Espos)–Sebanyak 35 daerah aliran sungai (DAS) kritis di Jateng ditargetkan tertangani dalam kurun waktu lima tahun. Penanganan 35 DAS kritis yang dimulai sejak 2008 lalu ini baru mencakup dua DAS yakni Cokroyasa (Purworejo) dan Telomoyo (Kebumen).

Terbatasnya ketersediaan anggaran menjadi kendala utama penanganan DAS kritis tersebut. Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jateng, Suryono Suripno, mengatakan penanganan DAS kritis tersebut berupa konservasi lingkungan di wilayah DAS bagian hulu. Aliran air di sungai besar merupakan kumpulan air dari sungai-sungai kecil.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sungai besar ini dari sungai kecil yakni sungai-sungai ordo lima, ordo empat, ordo tiga dan dua. Konservasi ini dilaukan di tingkat ordo empat dan lima. Air dicegat di atas (hulu) sehingga air yang mengalir di ordo satu (sungai besar) tidak terlalu besar karena sudah lebih dulu diserap,” ungkapnya saat ditemui baru-baru ini di Semarang.

Konservasi ini meliputi pembuatan cekdam, dam parit, penahan tebing, sumur resapan, biopori, penampungan air kecil dan penanaman pohon. Sejauh ini anggaran yang dikeluarkan Dinas PSDA Jateng untuk konservasi ini sekitar Rp 25 miliar. Anggaran ini, menurutnya masih terlalu kecil untuk menangani seluruh DAS kritis di Jateng.

Dipaparkannya, penanganan DAS ini bukan semata-mata menjadi tugas Dinas PSDA. Namun juga intasni terkait dan masyarakat. Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam dan sarana serta prasarana sumber daya air, menurut Suryono, sangat menentukan kondisi DAS.

Sebelumnya Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Pembangungan (LPPSP) mendeteksi sebanyak 35 dari 128 daerah aliran sungai (DAS) di Jateng dalam kondisi kritis. Sungai Bengawan Solo menjadi salah satu dari 35 DAS yang masuk kategori kritis.

Ketua LPPSP, Indra Kertati, mengungkapkan kurangnya daerah tangkapan air dan praktik pertanian yang tidak mengindahkan kaidah konsevasi disebut-sebut sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya kondisi tersebut. Kritisnya 35 DAS itu bis dilihat dari rasio debit maksimum dan debit minimum sungai serta sedimentasi yang melebih standar laju erosi di atas dua millimeter per tahun.

kha

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya