SOLOPOS.COM - ilustrasi gantung diri (JIBI/Solopos/Dok)

Angka bunuh diri di Gunungkidul masih tinggi.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL–Angka bunuh diri di Gunungkidul masih relatif tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah kasus yang ditemukan Polres Gunungkidul selama dua tahun terakhir ternyata tak jauh berbeda.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari data yang ada, di 2016 lalu ada 33 kasus bunuh diri, sedang hingga akhir tahun ini terdapat 34 kasus. Sebagian besar bunuh diri yang terjadi menggunakan cara gantung diri.

Kepala Polres Gunungkidul AKBP Ahmad Fuadi kasus bunuh diri menjadi salah satu fokus dari jajaran kepolisian. Menurut dia, jumlah kasus yang ada masih terhitung tinggi karena belum menunjukan tanda-tanda penurunan. “Ada selisih satu kasus dengan yang terjadi di tahun lalu,” kata Ahmad dalam jumpa pers yang digelar di Mapolres Gunungkidul, Kamis (28/12/2017).

Menurut dia, tingginya angka bunuh diri di Gunungkidul harus disikapi bersama oleh semua pihak. Untuk jajaran kepolisian, kata Ahmad, akan memaksimalkan peran dari bhabinkamtibmas yang ada di seluruh desa agar memberikan penyuluhan dan memantau terhadap potensi warga yang memiliki potensi bunuh diri.

“Bhabinkamtibmas akan kami maksimalkan karena potensi atau gejala bunuh diri dapat diketahui dari awal. Salah satunya melalui kondisi psikologis, yakni orang mengalami depresi yang akut,” ujarnya.

Selain itu, sambung dia, untuk memaksimalkan dalam pencegahan juga butuh partisipasi dari masyarakat. Adapun caranya dengan aktif memberikan laporan warga yang terindikasi mengalami depresi, seperti orang mengalami sakit keras hingga gejala psikis lainnya seperti, tingkat ekonomi hingga masalah percintaan.

“Kondisi-kondisi seperti itu [sakit keras, masalah ekonomi hingga putus cinta] bisa jadi penyebab. Jadi setelah ditemukan orang yang berpotensi maka bisa diberikan bimbingan dan pendampingan,” katanya.

Sebelumnya, LSM Imaji yang fokus dalam kesehatan jiwa mendorong semua pihak untuk bergerak. Mereka pun meminta kepada pemerintah, ormas, karangtaruna, organisasi keagamaan hingga pelayanan kesehatan untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Pasalnya dengan memahami peristiwa bunuh diri sebagai ganguan kesehatan jiwa dapat mengurangi potensi permasalahan tersebut.

“Mari bersama-sama memberikan pemahaman kepada masyarakat. Selain itu, untuk pencegahan pelayanan kesehatan jiwa di seluruh wilayah harus terus ditingkatkan,” kata Ketua LSM Imaji, Joko Yanu Widiasta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya