SOLOPOS.COM - Pemilik Kebun Anggrek, Gino (kanan), 66, tengah menata tanaman Anggrek di kebun miliknya, Desa Tegiri, Kecamatan Batuwarno, Wonogiri, Sabtu (23/1/2021). (Solopos.com/M. Aris Munandar)

olopos.com,WONOGIRI– Di Desa Tegiri, Kecamatan Batuwarno, Wonogiri, ada seorang warga yang begitu menggeluti budi daya tanaman anggrek. Bahkan ia melakoninya sudah 30 tahun.

Dia adalah Sakino, 60. Tak heran bila kini ia memiliki ratusan ribu tanaman anggrek di beberapa lokasi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Saat Solopos.com mengunjungi kebun anggrek milik Sakino di Desa Tegiri, Sabtu (23/1/2021), tampak puluhan ribu tanaman anggrek berjejer di bawah paranet. Ada yang sudah berbunga, namun sebagian besar belum tampak bunganya. Beberapa pekerja terlihat sibuk membersihkan kebun dan menanam bibit di pot bunga dari tembikar.

Pria yang lebih dikenal dengan sebutan Gino itu mengatakan ketertarikannya terhadap tanaman anggrek sudah sejak 1974. Saat itu ia bekerja di tempat budi daya anggrek, tepatnya di Slipi, Palmerah, Jakarta Barat. Di tempat itu ia belajar banyak cara budi daya anggrek.

Minat Beli Durian di Wonogiri Turun, Efek Pandemi Covid-19?

Pada 1990, ia mencoba membudidayakan anggrek sendiri di Bogor, Jawa Barat. Karena dianggap mampu dan cukup berhasil, pada 1997 ia mulai membudiyakan anggrek di tanah kelahirannya, yakni Desa Tegiri, Batuwarno, Wonogiri.

Menurut dia, jumlah anggrek yang dibudidayakan di Bogor jauh lebih banyak dibandingakan di Wonogiri. Di Bogor, lahan yang digunakan untuk budi daya seluas satu hektare. Sedangkan di Wonogiri hanya seluas 4.000 meter persegi. Namun tanaman anggrek yang bisa ditampung di Wonogiri bisa mencapai sekitar 70.000 batang.

Kebun Anggrek milik Gino di Desa Tegiri, Kecamatan Batuwarno, Wonogiri, Sabtu (23/1/2021). (Solopos.com/M. Aris Munandar)

Anggrek yang ia budi dayakan sebagian besar berjenis dendrobium atau larat. “Hampir 90% anggrek yang saya budi dayakan berjenis dendroium, bahasa Indonesianya larat. Selebihnya macam-macam jenisnya, di antaranya mokara, vanda, cattleya dan lain-lain,” kata dia.

Bibit Impor

Bibit anggrek ia impor dari Thailand. Dulu, pada 1974 hingga 1992, ia membikin sendiri bibit dengan cara menyilangkan bibit anggrek dari berbagai jenis. “Karena saya semakin tua dan anak saya yang meneruskan lebih memilih beli, akhirnya kami impor bibitnya dari Thailand. Kami sudah mempunyai izin dan membayar pajak,” ungkap dia.

Minat Beli Durian di Wonogiri Turun, Efek Pandemi Covid-19?

Ia mengatakan satu bibit anggrek dari Thailand harganya satu dolar AS atau setara Rp15.000. “Satu bibit tingginya sekitar lima sentimeter. Jadi di Indonesia bibit itu kami besarkan. Bisa berbunga sekitar 1,5 tahun. Kemudian kami menjualnya Rp30.000 hingga Rp35.000 per pot,” paparnya.

Gino memasarkan anggreknya ke berbagai wilayah di Jawa Tengah, Yogyakarta dan sebagian wilayah Jawa Timur. “Yang beli ke sini itu para pedagang bunga. Kalau yang kolektor atau pencinta tanaman hias jarang sekali,” kata dia.

Dalam membudidayakan anggrek, kata dia, harus rajin dalam memberi pupuk, pestisida, serta fungisida. Dan yang paling penting rutin menyiramnya. Jika musim panas bisa dua kali sehari. Kalau musim hujan, jarang disirami.

Jekek Tak Hadiri Penetapan Paslon Terpilih di Wonogiri, Kenapa?

“Yang lebih penting yaitu di atas anggrek harus diberi paranet. Kalau terlalu panas bibitnya bisa terbakar. Paranet itu bisa menahan panas hingga 45%. Jadi panas yang masuk ke anggrek hanya 55%. Paranet yang saya pakai berasal dari Taiwan. Ini saja 20 tahun masih awet, belum ganti,” kata dia.

Dampak Pandemi

Ia mengatakan, di awal pandemi Covid-19 pemasaran anggrek sempat sepi kurang lebih enam bulan. Kemudian setelah itu hingga saat ini sudah normal kembali. Banyak yang mencari tanaman hias di masa pandemi.

“Suka dukanya jadi pembudidaya anggrek ya kalau waktu tertentu pasarnya sepi. Namun kelebihan anggrek itu pasarnya stabil dan tidak mengenal musiman seperti tanaman hias lainnya. Sebentar harganya naik, kemudian anjlok. Anggrek tidak seperti itu, harganya stabil. Karena prosesnya juga cukup lama,” kata Gino.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya