SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JAKARTA–Sebanyak 30 anak asal Indonesia ditahan pemerintah Australia karena penyelundupan manusia. Namun reaksi pemerintah Indonesia tak secepat pemerintah Australia, seperti halnya PM Julia Gillard yang responsif menangani kasus ABG Australia ditahan di Bali.

“Informasi yang kami terima 30 orang, cuma kami yakin itu lebih. Kami sedang memverifikasi data tersebut. Yang kami inginkan perhatian cukup serius akan nasib anak-anak ini, karena people smuggling di Australia termasuk bagian kejahatan yang hukumannya cukup berat, 20 tahun,” ujar Wakil Direktur Eksekutif Human Rights Working Group (HRWG) Choirul Anam, Senin (10/10).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Usia anak-anak itu sekitar 15-17 tahun, yang ditahan karena people smuggling sekitar dua tahun ini. Anak-anak yang ditangkap itu, jelas Choirul, karena ada sindikasi yang melibatkan mereka. Ada yang memanfaatkan nelayan Indonesia atau jalan lain.

Ekspedisi Mudik 2024

Namun sayang, reaksi pemerintah Indonesia menghadapi 30 anak yang ditahan Australia ini tidak secepat reaksi pemerintah Australia yang langsung ditangani PM Julia Gillard.

“Itu yang kami sayangkan, harusnya memang pemerintah Indoensia harusnya selincah dan seresponsif pemerintah Australia, nggak perlu angka puluhan, satu orang kalau memang itu anak-anak ya segera. Persis seperti PM Australia yang langsung menelepon,” jelasnya.

Memang KBRI di Australia melakukan bantuan hukum, namun dinilai tidak maksimal. “Kalau soal anak seharusnya kuat, tidak hanya KBRI tapi pemerintah di Jakarta. Kami menilai pemerintah Indonesia tidak cukup serius untuk menangani itu,” tuturnya.

Pihaknya berkirim surat dengan HRWG Australia, melalui jaringan advokasi. Perilaku kedua negara, baik Indonesia maupun Australia sama saja, tidak menonjolkan kepentingan terbaik bagi anak. Dengan adanya kasus ABG Australia yang ditahan di Bali karena narkoba, Choirul memandang kasus ini bukan merupakan alat tawar pada 30 anak Indonesia yang ditahan Australia, namun kesempatan bagi kedua negara untuk mencari jalan keluar demi kepentingan terbaik bagi anak-anak itu.(dtc)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya