SOLOPOS.COM - Mas dan Mbak Boyolali 2022 mengikuti tradisi padusan di Umbul Ngabean, Pemandian Tirtomarto, Banyudono, Boyolali, Selasa (21/3/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Boyolali menggelar kembali tradisi padusan yang telah tiga tahun berhenti karena pandemi Covid-19.

Tradisi padusan tersebut dibuka dengan kirab budaya yang dimulai dari kantor Kecamatan Banyudono menuju Umbul Tirtomarto Pengging pada Selasa (21/3/2023). Rombongan kirab terdiri dari Bupati Boyolali, M. Said Hidayat, jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Boyolali, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), sepuluh anggota Mas Mbak Boyolali, Forkopimca Banyudono, warga, dan lain-lain.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bupati Said datang didampingi sang istri, Desy Adiwarni Said Hidayat, menggunakan kereta kuda. Bupati juga masih satu kereta kuda dengan Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Solo, GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng.

Sesampainya di Umbul Ngabean, Bupati Said dan rombongan disambut satu cucuk lampah dan tujuh perempuan penari gambyong. Setelah ketujuh penari tersebut menyambut dengan tari gambyong, Mas dan Mbak Boyolali diajak para penari untuk mengganti pakaian siraman di bilik sisi selatan embung.

Ekspedisi Mudik 2024

Setelah itu, kesepuluh Mas dan Mbak Boyolali diarak satu cucuk lampah serta tujuh penari menuju tempat siraman. Mas dan Mbak Boyolali 2022, Faiz Pribadi dan Dina Putri Amelia, duduk di tempat tersebut. Kemudian, Said menyiramkan air bunga pemandian Pengging ke Mas Faiz. Selanjutnya, Desy Hidayat menyimpankan air ke Mbak Dina.

Acara dilanjutkan dengan dengan ketujuh penari gambyong dan sepuluh Mas Mbak Boyolali melakukan padusan dengan masuk ke Umbul Ngabean. Para Mas Mbak Boyolali memasuki umbul lalu menyebar di kolam. Mas Faiz dan Mbak Dina berada di tengah, kemudian Mas Mbak Boyolali lain beserta penari memercikkan dan menyiramkan air ke arah mereka.

Mas dan Mbak Boyolali 2022 mengikuti tradisi padusan di Umbul Ngabean, Pemandian Tirtomarto, Banyudono, Boyolali, Selasa (21/3/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Ditemui seusai acara, Kepala Disporapar Boyolali, Supana, mengungkapkan prosesi padusan dilaksanakan menjelang Ramadan. Ia mengungkapkan di semua destinasi air Boyolali terjadi padusan. Namun, proses padusan dipusatkan di Pengging.

“Kami pilih di Umbul Ngabean, ini merupakan petilasan dari Sinuwun Pakubuwono X yang kala itu sering digunakan untuk siraman oleh Sinuwun,” jelasnya. Ia mengungkapkan untuk tradisi Padusan yang digelar Disporapar Boyolali tak hanya di Pengging, tapi juga di Tlatar. Acara juga digelar selama dua hari yaitu Selasa – Rabu (21 – 22/3/2023).

Pada Selasa siang, di Alun-Alun Pengging ada pertunjukkan lima grup kesenian dari lokal Kecamatan Banyudono. Kemudian pada hari kedua, akan ada pertunjukkan dangdut Kalimba.

“Untuk di Tlatar hari ini [Selasa] ada musik Koes Ploesan, nanti dilanjutkan dangdut. Besok [Rabu] ada reggae dan dilanjutkan Bastian yang sekarang lagi digandrungi anak-anak muda,” jelasnya.

Di wawancara terpisah, Bupati Said berharap masyarakat Boyolali dapat terus menjaga naluri budaya bahwa adat istiadat dan tradisi lokal untuk selalu dipertahankan. “Hari ini bersama dalam acara padusan dalam rangka membersihkan badaniyah artinya raga kita sebelum masuk bulan suci Ramadan 1444 Hijriah yang segera kita jalankan bersama,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan 1444 Hijriah pada 2023. Sementara itu, Gusti Moeng, mengungkapkan Umbul Ngabean merupakan buatan Sunan Pakubuwono X. Ia mengatakan dulu padusan diawali dari keraton, baru diikuti seluruh masyarakat.

“Kalau Sinuhun belum padusan, rakyatnya juga belum. Tadi saya banyak bicara dengan Bapak Bupati, program bapak untuk mengangkat lagi budaya karena ternyata budaya adalah satu-satunya untuk mempererat persaudaraan di seluruh Indonesia,” kata dia.

Gusti Moeng juga mengungkapkan banyak Pemkab dan Pemda telah sepakat mengangkat budaya padusan, termasuk Boyolali. Lebih lanjut, ia mengatakan makna padusan tak hanya secara lahir saja. Namun, yang paling utama sebelum memasuki bulan puasa maka harus sesuci lahir batin. “Budaya padusan ini juga hanya di Jawa,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya