SOLOPOS.COM - Aung San Suu Kyi (Reuters)

Tiga orang peraih Nobel Perdamaian meminta Aung San Suu Kyi mundur dari jabatannya jika tidak bisa mengatasi masalah Rohingya.

Solopos.com, SOLO – Masa depan warga Rohingya yang menetap di Cox Bazar, Bangladesh, masih suram. Pemerintah Myanmar telah berjanji menerima mereka kembali. Namun, sampai saat ini pemerintah tak kunjung memulangkan warga Rohingya yang masih bertahan hidup dalam penderitaan di tenda pengungsian.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Warga Rohingya agaknya merasa cukup nyaman hidup serba sulit di Bangladesh. Mereka bahkan memilih menetap di sana ketimbang pulang ke Myanmar dengan nasib yang tidak jelas. Sebab, selama ini mereka dianggap bukan sebagai warga negara Myanmar, melainkan imigran gelap yang membahayakan.

Kehidupan warga Rohingya yang serba kesulitan di Bangladesh mengetuk hati tiga orang peraih Nobel Perdamaian, Shirin Ebadi (Iran), Tawakkol Karman (Yaman), dan Mairire Maguire (Irlandia Utara). Ketiga orang ini melihat langsung keadaan warga Rohingya di pengungsian.

Dilandir The Straits Times, Senin (26/2/2018), kehidupan warga Rohingya yang sangat memprihatinkan membuat ketiga peraih Nobel Perdamaian itu makin prihatin. Mereka mendengarkan kisah tragis beberapa pengungsi yang memprihatinkan.

“Ini jelas merupakan tindakan genosida. Pemerintah Myanmar tidak boleh melakukan hal seperti ini. Kami menentang keras kekejaman ini. Mereka akan diseret ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Siapapun yng bertanggung jawab di balik kejadian ini harus bertaggung jawab dan mendapatkan hukuman,” kata Mairead Maguire.

Lebih lanjut, ketiga orang tersebut menyampaikan kekecewaan kepada Aung San Suu Kyi. Dia mendesak Penasihat Negara Myanmar itu seger menyelesaikan masalah warga Rohingya. “Kami minta saudara perempuan kami, Aung San Suu Kyi bangun dan segara menyelesaikan masalah ini. Jika tidak, maka dia harus dihukum atas kejadian buruk ini. Kalau dia tidak bisa mengatasi masalah ini, maka sebaiknya dia mengundurkan diri,” kata Tawakkol Tarman.

Diberitakan sebelumnya, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), telah menggambarkan aksi kekerasan yang dilakukan militer Myanmar kepada warga Rohingya sebagai upaya pembersihan etnis alias genosida. Hal ini membuat reputasi Aung San Suu Kyi di mata dunia merosot. Sebab, dia dinilai tidak bisa mengatasi masalah mengerikan ini dengan cepat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya