SOLOPOS.COM - ILUSTRASI (Burhan Aris Nugraha/JIBI/SOLOPOS)

Pesta miras berujung maut terjadi di Tulungagung.

Madiunpos.com, TULUNGAGUNG — Tiga orang yang terdiri atas pemandu lagu, operator karaoke, dan pemilik kafe karaoke di Tulungagung tewas diduga akibat overdosis setelah mengikuti pesta oplosan minuman keras (miras).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tetangga sekitar lokasi kejadian di Kafe Bengawan, Desa Bulusari, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung Mak Tin, Jumat (11/8/2017), mengaku sempat mengetahui tiga orang pemilik dan pekerja kafe karaoke menggelar pesta minuman keras pada Senin (7/8/2017) siang sekitar pukul 11.00 WIB.

“Saya tahunya saat kejadian mereka beberapa kali keluar kafe untuk membeli tambul [penganan pendamping minuman]. Kondisinya mabuk, saya tahu dari matanya yang merah dan bau alkohol dari mulut mereka,” kata Mak Tin saat dimintai konfirmasi wartawan.

Namun Mak Tin yang sudah paruh baya mengaku tak tahu menanhu minuman keras jenis apa yang mereka konsumsi.

Dia menambahkan lima orang itu mabuk-mabukan sembari bernyanyi gembira di dalam kafe hingga Selasa (8/8/2017) malam. Selebihnya Mak Tin mengaku tidak tahu pasti kejadian selanjutnya.

Pemilik warung dekat Kafe Bengawan, Mukaji, mengatakan, salah satu pemandu lagu yang selamat sering keluar dari kafe ke warungnya dengan kondisi sempoyongan.

Dia menyebut ada lima orang yang dilihatnya ada di dalam kafe Bengawan menggelar pesta minuman keras sejak Senin siang, yakni pemilik Kafe Bengawan, Supriyadi, 40; operator lagu, Aziz, 25; dan tiga cewek pemandu lagu Pipi, 17; Oi, 17, dan As, 17.

Azis, Supriyadi, dan Pipi meninggal dunia secara beruntun.

“Setelah pesta bubar, Aziz pulang ke rumahnya di Blitar dalam kondisi lemah. Selasa malam itu masih katanya menulis status di Facebook, tapi keesokan harinya diketahui sudah meninggal,” kata Mukaji.

Ra iso nyapo!!! Njleput sak enek-enek-e iki jhon (Tidak bisa apa-apa. Hancur lebur semuanya tanpa sisa ini jhon),” begitu tulis Aziz dalam akun Facebooknya pada Selasa (8/8/2017) petang pukul 18.01 WIB.

Sementara Pipi yang juga kondisi lemah diduga OD sempat dibawa ke RS Muhammadyah, Kecamatan Bandung, Tulungagung, setelah lebih dulu dibawa ke rumah rekannya di Desa Nglampir, Kecamatan Bandung.

Sempat mendapat pertolongan kegawatdaruratan di RS Muhammadyah, Kecamatan Bandung, Pipi akhirnya mengembuskan nafas terakhir pada Rabu (9/8/2017) pagi.

Sedangkan Supriyadi diketahui masih bisa beraktivitas di rumahnya di Kecamatan Pakel, meski kondisinya lemah. Menurut keterangan keluarga, kesadarannya seperti hilang dan sulit tidur.

Supriyadi meninggal pada Kamis (10/8/2017) dan dimakamkan di Desa Bulusari, tempat kelahirannya. Sedangkan Oi dan As belum diketahui kondisinya.

Sementara itu, Kafe Bengawan tutup sejak kejadian tersebut. “Yang punya namanya Temi. Saya juga geram, sejak kejadian itu dia seperti menghilang,” ucap Kepala Desa Bulusari Pramudianto.

Pramu menegaskan, pihaknya akan menutup Kafe Bengawan. Selain itu, Pemdes Bulusari juga berharap kasus ini diusut tuntas.

“Sayang keluarga korban kurang bekerja sama. mereka menolak otopsi. Jadi mungkin cukup sulit membawa ke proses hukum,” kata Pramu.

Kanit Reskrim Polsek Kedungwaru Aiptu Daroji mengatakan masih melakukan penyelidikan. Dia mengaku telah memintai keterangan sejumlah saksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya