SOLOPOS.COM - Sumber: ugm.ac.id

Solopos.com, JEPARA — Pemerintah Indonesia berencana membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama pada 2049 mendatang. Akan tetapi, sampai saat ini rencana tersebut masih menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat yang masih memegang mitos terkait Ramalan Jayabaya.

Hasil studi yang dilakukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2PLTN) mulai awal 1970 dan secara intensif dilakukan pada 1991-1996 berhasil merekomendasikan lokasi terbaik mendirikan PLTN, yaitu Ujung Lemah Abang, Ujung Grenggengan, dan Ujung Watu. Ketiga lokasi ini berada di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, tepatnya di kawasan Gunung Muria yang berada di tengah-tengan Pulau Jawa.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Baca juga: Selat Muria Dulu Pisahkan Jepara dari Pulau Jawa

Akan tetapi jika PLTN benar-benar dibangun di Kabupaten Jepara, maka berdasarkan Ramalan Jayabaya, ilmu titen, dan ilmu othak-athik-gathuk, maka pembangunan proyek itu dapat mengakibatkan Pulau Jawa terpecah menjadi dua. Thohir Mudjahirin (2009) dalam tulisannya Cerita Rakyat di Seputar Daerah Jepara menuliskan bahwa pecahnya Pulau Jawa membuat penduduknya berkurang hingga tinggal separuh. Dia mengatakan cerita tersebut memang belum menjadi kenyataan, namun beredar di kalangan masyarakat Jepara.

Ahmad Abu Hamid, Dosen Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY dalam tulisannya berjudul Ramalan Jayabaya: Apakah dapat Menghambat Pembanhunan Pusat Listrik Tenaga Nuklir, menjelaskan bahwa ramalan Jayabaya yang telah menjadi mitos masyarakat Jawa perlu diperhatikan dalam menentukan kebijakan dan menjalankan proyek PLTN tersebut. Ramalan tersebut memiliki keluwesan, sehingga cocok diterapkan di segala zaman. Oleh sebab itu banyak ramalan Jayabaya yang sudah terbukti kebenarannya.

Baca juga: PBB Serukan Penghapusan Senjata Nuklir, Turki Malah Pengin Beli Rudal

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Perlu diketahui, dikutip dari Wikipedia, Kamis (9/12/2021), PLTN adalah stasiun pembangkit listrik ternal dan panas yang dihasilkan dan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir. Pada PLTN, panas yang digunakan untuk proses pendidihan air diperoleh dari reaksi nuklir antara uranium atau unsur lain dengan partikel neutron. Sederhananya, PLTN merupakan pembangkit panas nuklir yang dihubungkan dengan ketel uap atau turbin uap serta generator tenaga listrik.

Keselamatan kerja PLTN bergantung pada perencanaan, pembuatan, dan pengelolaannya. Hal ini bergantung pada keahlian sumber daya manusianya Oleh sebab itu, PLTN yang merupakan stasiun pembangkit energi listrik mempunyai resiko teknik yang besar. Resiko inilah yang menjadi ketakutan utama masyarakat.

Baca juga: Selat Muria Hilang Bak Ditelan Bumi, Ini Faktanya

Sampai saat ini proyek PLTN di luar negeri seperti Amerika Serikat, Rusia, hingga Jepang yang pintar, disiplin, dan berkomitmen terhadap pekerjaan belum 100 persen mampu menjinakkan kegagalan reaktor nuklir. Hal inilah yang kemungkinan menjadi sumber ketakutan bagi masyarakat di sekitar Gunung Muria dan Pulau Jawa pada umumnya. Apalagi ditambah dengan adanya ramalan Jayabaya yang sudah menjadi mitos di kalangan masyarakat Jawa.

Bahaya radiasi nuklir minimal ada dua, yaitu: bahaya radiasi yang kuat (jangka pendek) dan bahaya radiasi nuklir lemah (jangka panjang). Radiasi nuklir yang kuat merupakan bahaya radiasi yang dapat segera diketahui dan dapat segera diobati. Adapun radiasi nuklir lemah merupakan bahaya laten bagi penduduk di sekitarnya. Karena bahaya nuklir lenah bekerjanya sedikit demi sedikit dan sulit untuk diteksi secara dini. Oleh sebab itu, bahaya radiasi nuklir juga menjadi hantu menyeramkan bagi penduduk si sekitar lokasi PLTN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya