SOLOPOS.COM - Museum Sangiran Klaster Ngebung di wilayah Kecamatan Kalijambe, Sragen. (Istimewa/Pemkab Sragen)

Solopos.com, SRAGEN — Tiga klaster Museum Sangiran di wilayah Kecamatan Kalijambe dan Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen sudah dua tahun lebih tidak buka sejak awal pandemi Covid-19.

Tiga klaster tersebut ditutup sejak April 2020 hingga kini. Padahal potensi pendapatannya dari kunjungan wisatawan cukup signifikan. Pada 2019, ada 6.277 kunjungan wisatawan. Di 2020 yang hanya buka Januari-Maret tercatat ada 1.036 orang pengunjung.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tiga klaster Museum Sangiran yang ditutup itu yakni Klaster Museum Bukuran dan Klaster Museum Ngebung di Kalijambe, serta Klaster Museum Manyarejo di Plupuh.

Kabid Destinasi Pariwisata Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Sragen, Y. Wahyu Aji Widodo, menjelaskan pihaknya sudah mengevaluasi rencana pembukaan kembali ketiga klaster tersebut. Namun, sebelum dibuka Disparpora akan berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran.

“Kami menunggu koordinasi dengan BPSMP. Salah satu pertimbangan kenapa tutup kala itu karena siswa belum masuk 100%. Tiket di tiga klaster itu sama dengan tiket masuk di Klaster Museum Krikilan, yakni Rp8.000/orang,” jelasnya saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (18/6/2022).

Baca Juga: Setiap Hari Minggu Ada Pentas Budaya di Museum Sangiran Sragen

Tarif tiket masuk Museum Sangiran itu diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) No. 2/2019 tentang Perubahan Atas Perda No. 2/2012 tentang Retribusi Jasa Usaha.

Koordinator Museum BPSMP Sangiran, Dody Wiranto, membenarkan ketiga klaster Musuem Sangiran itu belum dibuka sampai sekarang. Dody melalui pegawai BPSMP Sangiran, Mujibur Rohman, menjelaskan sebenarnya koleksi yang ada di tiga klaster itu cukup banyak dan menarik bagi pengunjung.

Klaster Ngebung memiliki 170 koleksi temuan fosil. Klaster Bukuran memiliki 314 koleksi temuan fosil. Sedangkan Klaster Manyarejo memiliki koleksi paling banyak, yakni 329 jenis fosil.

Mujibur menerangkan ratusan fosil itu terdiri atas fosil fauna darat, seperti gajah purba, rusa, dan kerbau purba. Ada juga fosil fauna air, seperti kerang, gigi buaya. Dipamerkan pula replika tengkorak manusia purba beserta artefak alat-alat yang digunakan manusia purba, yakni alat dari batu dan tulang di tiga klaster tersebut.

Baca Juga: Harga Tiket Candi Borobudur dan Museum Sangiran, Bak Bumi dan Langit

“Selama ini yang dibuka baru Museum Krikilan, Sragen dan Dayu yang ada di wilayah Kabupaten Karanganyar. Animo masyarakat pengunjung ke tiga klaster itu cukup bagus,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya