SOLOPOS.COM - Ilustrasi korban bunuh diri. (Dok. Solopos)

Solopos.com, SRAGEN — Terjadinya tiga kasus bunuh diri dalam sehari di Sragen menjadi tamparan keras bagi pemerintah, terutama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen. Pasalnya, tiga kasus bunuh diri tersebut dilatarbelakangi masalah kemiskinan, persoalan yang jadi tanggung jawab pemerintah untuk menyelesaikannya.

Pernyataan itu diungkapkan mantan anggota DPRD Sragen asal Kalijambe, Sragen, Rus Utaryono, kepada Solopos.com, Senin (9/5/2022). Ia menilai kasus bunuh diri akibat masalah kemiskinan ini ironis di tengah upaya pemerintah mengeksploitasi semua sumber daya negara untuk kesejahteraan rakyatnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sudah seharusnya pimpinan pemerintah, baik daerah, provinsi, dan pusat memberi penjelasan. Bisa jadi program [pemerintah selama ini] yang salah, tidak tepat sasaran, efek laporan ABS [asal bapak senang], koordinasi yang kacau, data yang tidak akurat, atau sebab lainnya. Lalu siapa yang harus bertanggung jawab? Tentunya para pemimpin rakyat, termasuk para wakilnya,“ ujar Rus.

Pria yang berprofesi sebagai notaris ini mempertanyakan kebijakan anggaran APBD Sragen untuk mengatasi masalah kemiskinan. Termasuk sejauh mana efektivitas kebijakan tersebut dalam mengentaskan kemiskinan warganya. “Kami tunggu apakah ada pemimpin yang merasa punya tanggung jawab atas peristiwa yang menimbulkan trauma sosial yang besar itu,” ujarnya.

Baca Juga: Gondang Sragen Geger! Bapak dan Anak Bunuh Diri Bareng

Rus menyarankan kepada Pemkab Sragen supaya lebih detail melihat problem dan solusi mengatasi kemiskinan karena sangat mungkin persoalan satu dengan lainnya berbeda.

Sementara itu, Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati saat ditemui wartawan, Senin siang, menyampaikan adanya tiga kasus bunuh diri di Gondang dan Kedawung menjadi perhatian publik. Ini karena terjadi dalam tempo sehari. Ia mengakui ada faktor impitan ekonomi di balik kejadian memprihatinkan tersebut, namun bukan itu saja.

“Faktor ekonomi memang menjadi salah satu penyebabnya, tetapi tidak hanya itu. Ada banyak faktor lain yang juga menjadi penyebabnya. Seperti kelainan kejiwaan atau gangguan kejiwaan, dan seterusnya. Pemerintah seolah tidak memperhatikan atau apa,” ujarnya.

Baca Juga: Bunuh Diri Lagi di Sragen, Kini Penjual Bakso Bakar Gantung Diri

Lebih jauh ia menilai perlu dibangun kembali rasa kepedulian antarwarga untuk saling melindungi dan memperhatikan. Salah satunya bisa melalui program jaga tangga. “Ya, jaga tangga memang diaktifkan dan bila ada indikasi warga yang depresi bisa lapor ke camat, lurah, atau RT. Orang depresi itu terlihat dan tinggal pengawasan lingkungan,“ ujarnya.

Yuni menambahkan, untuk mengantisipasi kasus serupa penyuluh agama hingga camat bisa turun untuk memberi pemahaman dan meningkatkan keimanan masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya