SOLOPOS.COM - Ilustrasi tanaman porang. (Solopos.com/dok)

Solopos.com, SRAGEN — Setelah sukses membudidayakan tanaman buah kelengkeng pada tanah kas desa seluas 4 hektare (ha) sejak 2014, Pemerintah Desa (Pemdes) Sigit, Kecamatan Tangen, Sragen, mulai membudidayakan tanaman porang pada lahan seluas 3 ha.

Saat ini, Pemdes Sigit masih fokus mengolah lahan yang disiapkan untuk tanaman porang. Beberapa bibit tanaman porang sudah ditanam secara simbolis pada Selasa (14/9/2021). Rencananya, penanaman porang secara serentak akan dimulai di awal musim penghujan pada Oktober mendatang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Tanaman porang itu kan butuh kecukupan air. Sementara di Sigit sendiri itu sistem pengairannya ya cuma mengandalkan tadah hujan. Jadi, penanaman perdana bibit porang kali ini sifatnya baru simbolis mengingat saat ini masih musim kemarau,” terang Kepala Desa Sigit, Wardoyo, kepada Solopos.com.

Baca juga: Kisah Peserta Seleksi P3K Wonogiri Kontraksi Saat Tes hingga Melahirkan, Alhamdulillah Lulus

Ini adalah kali pertama tanaman porang dibudidayakan di Desa Sigit. Sebelumnya, Pemdes Sigit bekerja sama dengan kelompok petani telah membudidayakan tanaman kelengkeng, jambu kristal dan durian. Akan tetapi, tanaman durian pada akhirnya mati karena dinilai tidak cocok dibudidayakan di Desa Sigit.

“Sekarang kita coba tanaman porang. Kebetulan sudah ada pohon kelengkeng sebagai peneduh. Tanaman porang tidak boleh langsung terpapar sinar matahari. Tanaman porang itu nantinya juga akan dikelola oleh kelompok petani yang sebelumnya mengelola tanaman kelengkeng. Mereka dikenai retribusi ke desa atas pengelolaan buah kelengkeng itu,” terang Wardoyo.

Satu ha lahan dibutuhkan sekitar 20.000 bibit porang. Dengan begitu, Pemdes Sigit membutuhkan paling tidak 60.000 bibit porang untuk ditanam di tanah kas desa seluas 3 haktare. Jumlah itu masih bisa bertambah mengingat antusias warga setempat cukup tinggi untuk menanam porang. Warga bahkan sudah menyiapkan pekarangan mereka sendiri untuk ditanami porang.

“Kalau terbukti mampu meningkatkan taraf hidup warga, saya yakin warga di sekitarnya bakalan ikut membudidayakan porang,” jelas Wardoyo.

Baca juga: Potret Ratna Sari Dewi Istri Bung Karno Saat Muda Bikin Terpana, Cantik & Modis Banget

Kondisi lahan yang miring dan hanya mengandalkan pengairan tadah hujan masih membuat sebagian petani ragu untuk membudidayakan porang. Untuk membuat sumur, butuh kedalaman minimal 80 meter supaya bisa mendapatkan air.

Berdasarkan hitungan matematis dari warga, kata Wardoyo, pembangunan sumur dalam justru akan membuat petani rugi.

“Lahan di desa kami ini miring. Jadi begitu digerojok air dari sumur, airnya bisa langsung hilang karena turun ke bawah. Itu sebabnya, warga belum berani mencoba membangun sumur dalam,” paparnya.

Baca juga: Ini Alasan Budi Daya Tanaman Porang Begitu Menjanjikan

Secara geografis, kawasan di sebelah utara Bengawan Solo, tepatnya di kawasan Tangen dan Jenar, Kabupaten Sregen, sebagian besar merupakan lahan kritis. Lahan ini tidak mendukung usaha pertanian terutama untuk pengembangan tanaman padi.

Pada umumnya, warga sekitar biasa memanfaatkan lahan itu untuk bertanam tebu. Namun, Pemdes Sigit memanfaatkan lahan kritis itu untuk ditahami aneka buah-buahan sejak 2014.

Saat ini, lahan seluas 4 ha sudah ditetapkan sebagai kawasan agrowisata. Saat musim panen tiba, wisatawan bisa datang dan menikmati buah kelengkeng maupun jambu kristal langsung dari pohonnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya