SOLOPOS.COM - Kain terpal menutupi Candi Sojiwan di Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Klaten, Jumat (17/1/2020). (Solopos-Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Candi Sojiwan di Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Klaten, bermantel selama tiga hari. Pemasangan penutup di Candi Sojiwan merupakan bagian latihan pengurangan risiko bencana alam terhadap candi.

Pelatihan dilakukan sejak Rabu (15/1/2020) dan berakhir Jumat (17/1/2020). Sebanyak 15 juru pelihara (Jupel) Candi Sojiwan dan candi di sekitarnya mengikuti pelatihan tersebut.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pada hari pertama latihan, mereka memasang kain terpal hingga menutupi seluruh bangunan candi dari puncak pada ketinggian sekitar 30 meter.

Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah (Jateng), Sukronedi, mengatakan pelatihan sebagai upaya mitigasi. Hal itu menyusul kawasan Prambanan berdekatan dengan wilayah lereng Gunung Merapi.

Ekspedisi Mudik 2024

Saat Merapi erupsi, abu vulkanik kerap mengguyur wilayah Prambanan. Material muntahan erupsi itu mengancam ketahanan batu candi.

“Seandainya terjadi hujan abu dari Merapi, segera bisa dilakukan upaya penutupan agar abu tidak jatuh ke batuan candi,” kata Sukronedi saat berbincang dengan , Jumat.

Sukronedi mengatakan pelatihan tersebut baru kali pertama dilakukan. Secara bertahap, pelatihan mitigasi bakal dilakukan di candi-candi lainnya yang berada di bawah pengelolaan BPCB Jateng seperti Candi Sewu serta Candi Plaosan.

“Pelatihan ini tidak mengganggu aktivitas kunjungan wisata. Wisatawan tetap diperbolehkan masuk,” kata dia.

Staf BPBC Jateng bidang perlindungan, Winarto, menjelaskan pelatihan diberikan kepada para jupel lantaran mereka saban hari merawat candi serta memiliki keahlian memanjat candi hingga ke puncak.

Selain itu, mayoritas mereka tinggal tak jauh dari candi. “Ketika ancaman bencana erupsi benar-benar terjadi, mereka bisa segera datang dan memasang penutup,” kata Winarto.

Winarto juga menjelaskan abu vulkanik bisa mengancam batuan candi. Abu vulkanik yang memiliki keasaman tinggi bisa menyebabkan permukaan batuan candi cepat lapuk.

“Jadi untuk langkah antisipasi itu yakni ketika diduga gunung akan meletus, harapannya candi sudah tertutup. Namun, ketika abu sudah mengenai batu, itu tidak masalah asalkan candi segera tertutup untuk menghindari paparan air hujan. Air yang bercampur dengan abu yang membuat batu menjadi rapuh,” jelas dia.

Staf BPCB Jateng lainnya, Imam Subarkah, menjelaskan pemasangan kain terpal dilakukan secara manual dengan memanjat batuan candi setinggi 25 meter hingga 30 meter dari permukaan tanah.

Terowongan Peninggalan Belanda, Calon Destinasi Wisata Baru di Klaten

“Meski secara manual, sisi keselamatan tetap diperhatikan. Mereka mengenakan helm dan perlengkapan pelindung lainnya,” kata Imam.

Imam menuturkan selama latihan digelar tak ada kendala. Selama tiga hari terakhir, tak ada hujan yang mengguyur kawasan Candi Sojiwan. Kendala pada kencangnya embusan angin hingga cukup menyulitkan para Jupel memasang kain terpal. Penutup candi itu dilepas seusai pelatihan selesai pada Jumat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya