SOLOPOS.COM - Suasana Taman Kridoanggo Sragen, Rabu (17/6/2020). (Solopos-Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN -- Sejak dibangun dengan dana senilai Rp1,9 miliar pada 2015, Taman Kridoanggo benar-benar menjadi primadona bagi warga di Sragen, Jawa Tengah.

Taman Kridoanggo seluas sekitar 3.000 meter persegi yang dibangun dengan mengorbankan Monumen Perjuangan 45 itu menjadi ruang terbuka hijau yang tak pernah sepi pengunjung sejak pagi hingga malam hari.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Taman Kridoanggo dibangun menyerupai Taman Bungkul Surabaya yang sama-sama mengusung konsep sport, education, dan entertainment.

Drama Korea Disebut Lebih Menarik dari Sinetron, Apa Ini Alasannya?

Ekspedisi Mudik 2024

Seperti halnya Taman Bungkul, di taman favorit masyarakat Sragen itu juga terdapat pepohonan yang tinggi menjulang. Pada bagian tengah taman sama-sama terdapat arena pertunjukan dengan tempat duduk melingkar.

Pori-pori tanah di Taman Kridoanggo tetap terjaga karena citywalk dibangun menggunakan model paving warna-warni dengan aneka bentuk.

Taman Kridoanggo Sragen dilengkapi arena bermain anak, arena skate board, sepatu roda, bangku taman, dan lain-lain. Ibarat ada gula ada semut, keramaian pengunjung taman membuat warga sekitar membuka lapak dagangan.

Tambah Kece! Ini Penampakan Embung Pengantin Sukoharjo

Pandemi Covid-19 membuat Taman Kridoanggo yang biasanya cukup ramai mendadak sepi seperti kuburan. Hal itu tidak lepas dari kebijakan Pemkab Sragen yang menutup semua taman demi mencegah penularan Covid-19 sejak pertengahan Maret lalu.

Tanpa Dikelilingi Pagar

Imbasnya, para pedagang di Taman Kridoanggo terpaksa mengemasi lapak. Baru pada Selasa (16/6/2020), Dinas Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Sragen mulai membuka tiga taman, salah satunya Taman Kridoanggo.

“Sebagai warga Sragen, saya turut senang karena Taman Kridoanggo yang selama tiga bulan sepi seperti kuburan, kini sudah dibuka lagi. Tapi, saya juga sedikit khawatir kalau dibukanya taman itu justru membuat warga beramai-ramai datang ke taman sehingga berpotensi menjadi media penularan Covid-19,” ujar Marsono, 50, warga Ngrampal kepada solopos.com di lokasi, Rabu (17/6/2020).

Taman Kridoanggo dibangun tanpa dikelilingi pagar. Oleh karenanya, pengunjung bisa datang dari arah manapun. Tanpa adanya pagar keliling, Taman Kridoanggo terbuka selama 24 jam.

Putri Tedjowulan Pasang Spanduk Sebagai Cawawali Pilkada Solo 2020

Bahkan sebelum terjadi pandemi, banyak kalangan remaja yang menghabiskan waktu di taman hingga dini hari.

“Khusus untuk Taman Kridoanggo, kami tidak bisa membatasi jumlah pengunjung karena akses masuknya tidak satu pintu. Yang perlu diwaspadai itu, jangan sampai protokol kesehatan itu diabaikan pengunjung. Usahakan tetap pakai masker dan terapkan physical distancing. Jangan sampai pengunjung taman itu bisa menjadi klaster baru penularan Covid-19,”papar Kabid Pengawasan Permukiman, Disperkim Sragen, Budi Wibowo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya