SOLOPOS.COM - Paus Fransiskus. (dok. UNTV via AP)

Solopos.com, JENEWA — Sedikitnya 3.000 warga sipil jadi korban jiwa sejak Rusia meluncurkan invasi ke negara itu pada 24 Februari.

OHCHR adalah Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani masalah hak asasi manusia OHCHR, Senin (2/5/2022) menyebutkan menurut data pada Jumat (29/4/2022) jumlah total korban jiwa, yaitu 3.153 orang, sejauh ini menunjukkan kenaikan sebanyak 254 jiwa.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Seperti dilansir Antar, menurut OHCHR, jumlah total itu sebenarnya kemungkinan lebih tinggi.

Sebagian besar dari ribuan korban jiwa itu meninggal akibat ledakan dari berbagai senjata, seperti melalui serangan rudal dan serangan udara, yang menimbulkan dampak luas.

Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai “operasi khusus” untuk melucuti senjata Ukraina serta melindungi negara itu dari kaum penganut fasisme. Ukraina dan negara-negara Barat menganggap alasan Rusia itu tidak berdasar.

Baca juga: Perang Ukraina Turunkan Perkiraan Pertumbuhan Global, Ini Kata IMF

Sementara itu Paus Fransiskus pada Minggu (1/5/2022) menggambarkan perang di Ukraina sebagai kemunduran mengerikan dari kemanusiaan yang membuatnya menderita dan menangis.

Pemimpin Gereja Katolik Roma itu menyerukan adanya koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi orang-orang yang terjebak di pabrik baja Mariupol.

Berbicara di depan ribuan orang di Lapangan Santo Petrus dalam pemberkatan siang, Fransiskus kembali mengkritik Rusia secara implisit.

Dalam ajaran Katolik Roma, bulan Mei didedikasikan bagi Bunda Maria. Fransiskus meminta para jemaat berdoa demi perdamaian di Ukraina.

Baca Juga: Perundingan Gagal, Putin: Perang Rusia Vs Ukraina Takkan Berakhir

Sakit Lutut

“Pikiran saya langsung menuju kota Mariupol di Ukraina, kota Bunda Maria, yang dibombardir dan dihancurkan secara barbar,” kata dia tentang kota pelabuhan yang menyandang nama Maria dan kini sebagian besar wilayah di kota itu diduduki oleh Rusia.

“Saya menderita dan menangis memikirkan penduduk Ukraina, khususnya mereka yang paling lemah, lansia, anak-anak,” kata dia.

Bukan sekali Paus Fransiskus mengulas tentang perang Ukraina. Sebelumnya Paus menyerukan akhir perang di Ukraina saat menggelar audiensi umum pada Rabu (27/4/2022), sehari setelah sakit lututnya yang kambuh membuat semua kegiatannya mendadak dibatalkan.

Fansiskus,85, tiba di Lapangan Santo Petrus sambil duduk di mobil terbuka yang membawanya ke belakang panggung yang menghadap kerumunan ribuan orang. Dia berjalan perlahan dan terlihat pincang sambil memegang tangan ajudan ke arah kursinya yang berjarak sekitar 10 meter.

Baca Juga: Paus Fransiskus Sebut Tingkat Kelahiran Italia Anjlok adalah Tragedi

“Saya mohon maaf karena saya akan menyapa Anda sambil duduk. Penyembuhan lutut ini tampaknya tiada akhir dan saya tidak bisa berdiri untuk jangka waktu yang lama,” katanya di akhir audiensi sekitar satu jam kemudian di hadapan orang-orang yang biasanya dia datangi untuk disapa, tapi justru sebaliknya mendatangi Paus.

Selama Paskah, dia beberapa kali menghadiri acara tetapi tidak memimpin Misa di Basilika Santo Petrus. Dalam setiap kesempatan, dia mendelegasikan seorang uskup atau kardinal untuk mengucapkan Misa saat dia duduk selama kebaktian dan membacakan khotbahnya juga sambil duduk.

Selain gangguan lutut, Fransiskus juga menderita nyeri panggul yang menyebabkan rasa sakit di kaki. Saat berbicara dengan sebuah kelompok selama audiensi, dia meminta doa untuk mengakhiri perang di Ukraina yang kerap dia kutuk sejak Rusia melancarkan serangannya.

“Semoga senjata-senjata tidak bersuara, sehingga mereka yang memiliki kekuasaan untuk menghentikan perang mendengar seruan perdamaian untuk seluruh umat manusia,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya