SOLOPOS.COM - Ilustrasi mahasiswa. (Solopos-Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, SRAGEN -- Terhitung sejak 2012, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen memberikan beasiswa Sintawati kepada 284 mahasiswa dari keluarga miskin yang kuliah di perguruan tinggi negeri (PTN) di Pulau Jawa.

Berdasar data yang dihimpun Solopos.com di Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (UPTPK) Sragen, Pemkab Sragen kali pertama meluncurkan beasiswa Sintawati pada 2012 dengan anggaran Rp200 juta. Dana itu dipakai untuk membiayai pendidikan 32 mahasiswa.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pada 2013, anggaran beasiswa Sintawati naik jadi Rp447,2 juta dan dipakai untuk membiayai pendidikan 34 mahasiswa. Pada 2014, anggaran beasiswa Sintawati kembali naik jadi Rp668.800 juta dan digunakan untuk membiayai pendidikan 32 mahasiswa.

82% Jalan di Sragen Kondisi Baik, Ini Detailnya!

Kenaikan anggaran beasiswa Sintawati secara signifikan terjadi sejak 2015. Sejak saat itu, Pemkab Sragen rutin mengalokasikan anggaran senilai Rp1,2 miliar/tahun untuk beasiswa Sintawati.

“Tiap mahasiswa mendapatkan beasiswa sebesar Rp12 juta/tahun yang dicairkan setiap semester masing-masing Rp6 juta. Untuk mahasiswa S1, beasiswa berlangsung selama empat tahun, untuk mahasiswa D3 berlangsung selama tiga tahun,” terang Kepala UPTPK Sragen, Nunuk Sri Rejeki, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Jumat (9/10/2020).

Terhitung sejak 2012 itu, Pemkab Sragen telah membiayai pendidikan 284 mahasiswa. Sebetulnya, jumlah pemohon beasiswa Sintawati ini rata-rata di atas 100 mahasiswa, akan tetapi Pemkab Sragen menggunakan skala prioritas untuk menentukan penerima beasiswa.

Tanpa Intervensi dari Manapun

Dalam hal itu, UPTPK Sragen diberi kewenangan untuk menentukan penerima beasiswa tanpa intervensi dari manapun.

“Kami selalu mengambil mahasiswa dengan nilai kemiskinannya paling tinggi. Tingkat kemiskinan seseorang tentu beda-beda. Ada yang orang tua miskin tapi sudah tidak bisa bekerja karena sakit. Ada yang yatim piatu, tidak punya sawah, dan lain-lain. Akreditasi dari masing-masing PTN juga punya bobot berbeda dalam penilaian,” papar Nunuk.

Guna memastikan kondisi keluarga seperti apa, UPTPK menerjunkan tim untuk menyurvei rumah semua pemohon beasiswa satu per satu. UPTPK tidak hanya mengorek informasi dari orang tua pemohon, tetapi juga dari para tetangga.

Nunuk menegaskan tidak ada mahasiswa titipan dari pejabat untuk mendapatkan beasiswa Sintawati.

“Diterima atau tidak itu ditentukan oleh aplikasi. Kami tidak pernah main mata dan tidak pernah menerima mahasiswa titipan. Tidak ada intervensi dari manapun, termasuk dari Bupati dan Wakil Bupati. Kalau Bupati dapat keluhan dari warga, biasanya tidak pernah meminta kami langsung memberi beasiswa. Bupati selalu memerintahkan UPTPK untuk mengecek ke lokasi. Kalau memang dianggap layak menerima beasiswa ya pasti diberi. Kalau memang tidak layak ya kami sampaikan apa adanya,” ucap Nunuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya